Blogger Template by Blogcrowds.

  1. Pidgin dan Creole

a. Pidgin

Pidgin adalah bahasa yang berkembang sebagai alat komunikasi antara dua kelompok orang yang belum mempunyai bahasa yang umum. Bahasa ini merupakan penyederhanaan dari dua bahasa atau lebih. Bahasa pidgin tidak mempunyai penutur asli (native speaker). Bahasa ini terbentuk secara alami di dalam suatu kontak sosial yang terjadi antara sejumlah penutur yang masing-masing memiliki bahasa ibu. Bahasa pidgin cenderung mencampuradukkan kosa kata, bunyi, dan bentuk-bentuk gramatikal dari kedua bahasa.

Bahasa pidgin terbentuk ketika pengguna suatu bahasa terlibat dalam suatu pedagangan dengan pengguna bahasa lain. Penggunaan bahasa pidgin juga bisa terjadi di suatu perkebunan yang dikepalai oleh pengguna bahasa lain atau orang asing (bukan pemakai bahasa setempat) dan tidak satupun dari kedua pemakai bahasa (pekerja dan pengawas) mengerti bahasa masing-masing.

Dalam setting perkebunan, fungsi lain bahasa pidgin adalah untuk memudahkan para pekerja untuk berkomunikasi satu sama lain, karena para pekerja perkebunan itu tidak berbicara dalam bahasa yang sama. Bahasa pidgin juga bisa terjadi di kota-kota pelabuhan tempat bertemunya pedagang dan pelaut dari berbagai bangsa yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda.

Bahasa pidgin juga bisa terbentuk karena adanya penjajahan. Misalnya pada bahasa pidgin Karibia. Karena pulau-pulau tropis dijajah, masyarakatnya direstrukturisasi, yaitu minoritas beberapa bangsa Eropa sebagai penguasa dan sejumlah besar orang-orang non-Eropa sebagai buruh. Para buruh itu, baik penduduk asli ataupun budak, biasanya datang dari kelompok yang berbahasa berbeda dan perlu berkomunikasi sehingga muncullah bahasa pidgin.

Karena bahasa pidgin terbentuk sebagai bahasa campuran dan hanya digunakan sebagai alat komunikasi di antara mereka yang berbahasa ibu berbeda itu, bahasa pidgin tidak memiliki standardisasi, otonomi, historisitas, dan vitalitas.

Contoh bahasa pidgin english di Papua New Guinea:

“Bipo tru igat wanpela liklik meri nau nem bilong em Liklik Retpela Hat.” (‘A long time ago, there was a little girl named Little Red Riding Hood.’)

b. Creole

Creole pada awalnya adalah orang keturunan Eropa yang lahir dan dibesarkan di suatu koloni tropis. Creole adalah bahasa pidgin yang struktur dan kosa katanya telah diperluas serta telah memiliki fungsi-fungsi yang diperlukan untuk menjadi bahasa pertama.

Jika bahasa pidgin sudah cukup lama digunakan, bahasa pidgin menjadi lebih kaya kosa kata dan strukturnya menjadi lebih kompleks, dan kemudian menjadi bahasa creole. Bahasa creole mengembangkan cara-cara untuk menandakan makna seperti bentuk waktu pada kata kerja, infleksi maupun afiks. Bahasa creole juga sudah mempunyai penutur asli.

Kebanyakan bahasa creole adalah bahasa yang berasal dari bahasa Eropa, misalnya kosa kata yang diambil dari satu atau lebih bahasa Eropa, seperti bahasa Inggris, Portugis, Spanyol, Prancis, dan Belanda. Bahasa creole Inggris dan Prancis adalah yang paling umum di New World. Bahasa creole Spanyol, Belanda, dan Portugis sangat umum di tempat lain dan bahasa ini penting dalam perkembangan seluruh bahasa creole (bahasa creole Spanyol di Filipina, bahasa creole Portugis di Asia Selatan, Tenggara, dan Timur)

Contoh bahasa pidgin yang telah menjadi bahasa creole dapat dilihat pada tabel berikut:

Tok Pisin

English

Tok Pisin

English

Bik

Big, large

Bikim

To enlarge, to make large

Brait

Wide

Braitim

To make wide, widen

Daun

Low

Daunim

To lower

Nogut

Bad

Nogutim

To spoil, damage

Pret

Afraid

Pretim

To frighten, scare

Jika bahasa creole telah bekembang, ia dapat berfungsi secara politis, pendidikan, kesusastraan, administrasi, dan lain-lain. Bahasa creole bisa menjadi bahasa standar, bahasa nasional, maupun bahasa resmi, misalnya Tok Pisin yang menjadi bahasa resmi di Papua New Guinea.

Dalam masyarakat dengan pembagian sosial yang masih kaku, bahasa creole bisa tetap menduduki fungsi L, di samping bahasa H yang resmi disetujui, misalnya pada bahasa diglosia Haiti. Jika bahasa creole digunakan bersama bahasa standar dalam suatu masyarakat di mana rintangan sosialnya (social barrier) bisa diatasi, bentuk-bentuk bahasa creole cenderung berubah berdasarkan bahaasa standar itu. Proses ini disebut decreolisasi. Pada akhirnya, akan ada rangkaian kesatuan (continuum) ragam antara bahasa standar dan bahasa creole. Hal ini dikenal dengan nama post-creole continuum. Contohnya bisa ditemukan di Jamaica dan Guyana.

Referensi:

Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fasold, Ralph. 1990. The Sociolinguistics of Language. Oxford: Basil Blackwell

Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. New York: Longman.

  1. Bahasa standar

Bahasa standar merupakan bahasa tertulis dan telah mengalami regularisasi dan kodifikasi, misalnya dalam tata bahasa dan dalam kamus. Bahasa standar juga berfungsi sebagai bahasa resmi dan merupakan dialek tertentu yang memiliki kedudukan khusus karena pengaruh sosial, ekonomi dan politik yang membuatnya menjadi prestisius dan berpengaruh. Jadi dengan kata lain, bahasa standar memiliki fungsi yang lebih tinggi (fungsi H) dari ragam bahasa yang digunakan sehari-hari (fungsi L).

Menurut Puttenham, bahasa standar, dalam hal ini bahasa Inggris standar, adalah ragam bahasa yang digunakan oleh Royal Court dan orang-orang yang tinggal di daerah sekitar 60 mil dari London. Di daerah itu, selain Royal Court, juga terdapat universitas Oxford dan Cambridge. Daerah-daerah itulah yang menjadi pusat politik, sosial, dan intelektual, sehingga dialek yang digunakan di daerah itulah yang menjadi dialek standar bahasa Inggris saat ini.

Telah dijelaskan bahwa bahasa standar mengalami kodifikasi. Ada beberapa hal penting mengenai kodifikasi bahasa antara lain:

a. Kodifikasi adalah membuat bahasa memiliki sistem

b. Kodifikasi adalah proses mendeskripsikan bahasa ke dalam tata bahasa dan kamus

c. Kodifikasi biasanya berdasarkan kriteria bahasa yang digunakan anggota masyarakat yang terpelajar dan berkedudukan tinngi

d. Subjek kodifikasi adalah ragam bahasa tertentu yang telah memiliki kedudukan khusus karena pengaruh sosial, ekonomi, dan politik.

Setiap ragam bahasa bisa menjadi bahasa standar jika bahasa itu tertulis, dikodifikasikan, prestisius, digunakan oleh orang-orang yang berpengaruh dan memiliki fungsi tinggi (fungsi H). Jika suatu ragam bahasa dianggap prestisius, bahasa itu akan cepat menyebar ke masyarakat luas. Bahasa standar ini dapat menjadi alat komunikasi antar wilayah yang memiliki bahasa yang berbeda (bahasa daerah). Contoh bahasa standar adalah bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa resmi masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia telah mengalami standardisasi serta memiliki fungsi yang lebih tinggi.

  1. Lingua franca

Lingua franca adalah sebuah sistem linguistik yang digunakan sebagai alat komunikasi sementara oleh para partisipan yang mempunyai bahasa ibu yang berbeda. Seperti halnya bahasa Latin yang dahulu merupakan lingua franca bagi bangsa-bangsa di Eropa, bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca bagi suku-suku bangsa yang ada di wilayah nusantara. Baik bangsa-bangsa di Eropa maupun suku-suku bangsa di Indonesia itu mempunyai bahasa vernakular yang berbeda, jadi untuk komunikasi antarbangsa dan antarsuku bangsa diperlukan sebuah bahasa yang menjadi lingua franca.

Berdasarkan sejarah, istilah lingua franca (dalam bahasa Italia berarti “bahasa Frankish”), atau sabir (“mengetahui”/to know”) pada mulanya adalah bahasa pidgin yang digunakan di daerah Mediterania pada sekitar awal abad ke-14 dan masih digunakan pada abad ke-20. Bahasa ini sekarang telah punah, tetapi masih mempunyai basis yaitu bahasa Italia dengan campuran bahasa Spanyol, Yunani, Prancis, dan Arab. Penyebutan bahasa itu sebagai bahasa Franks adalah karena orang-orang Arab pada jaman pertengahan menyebut orang-orang Eropa Barat dengan sebutan “Franks.”

Pemilihan suatu bahasa menjadi lingua franca adalah berdasarkan adanya kesalingpahaman antara sesama mereka. Di beberapa negara, lingua franca yang paling banyak digunakan adalah bahasa resmi atau bahasa nasional negara tersebut. Bahasa Indonesia/Melayu/Malaysia masih menjadi lingua franca di kawasan Asia Tenggara. Bahasa Inggris di India dan di Filipina yang diangkat secara politis menjadi bahasa resmi kenegaraan adalah juga karena bahasa Inggris itu telah menjadi lingua franca di kedua negara itu.

Suatu lingua franca sering berkembang karena adanya hubungan perdagangan. Misalnya di Afrika Barat, bahasa Hausa dipelajari sebagai bahasa kedua dan digunakan di hampir setiap pasar/tempat perdagangan. Bahasa Swahili di Afrika Timur adalah bahasa perdagangan yang paling sering digunakan hingga membuat Tanzania memilih bahasa itu sebagai bahasa nasional mereka.

Karena dasar pemilihan lingua franca adalah saling pengertian antara para penggunanya, maka bahasa apa pun, termasuk pidgin atau creole dapat mejadi sebuah lingua franca.
(bersambung)

Lebih dari setengah populasi dunia menggunakan dua bahasa dan banyak orang berbicara lebih dari satu bahasa. Mereka menggunakan lebih dari satu bahasa karena mereka memerlukan bahasa-bahasa itu untuk tujuan yang berbeda dalam kehidupan mereka. Di Indonesia misalnya, dengan ratusan juta penduduknya, memiliki ribuan bahasa. Sosiolinguistik telah mengembangkan beberapa cara untuk mengategorikan bahasa berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Tulisan ini akan membahas kriteria yang digunakan dalam sosiolinguistik untuk membedakan variasi linguistik dan kode pada masyarakat multilingual tersebut.

  1. Bahasa vernakular

Jenis bahasa vernakular adalah bahasa umum yang digunakan sehari-hari oleh satu bangsa atau satu wilayah geografis, yang bisa dibedakan dari bahasa sastra yang dipakai terutama di sekolah-sekolah dan dalam kesusastraan.

Ciri-ciri bahasa vernakular antara lain :

  • Belum distandarkan
  • Bahasa itu pertama didapatkan dari rumah
  • Fungsinya relatif terbatas

Jadi dengan kata lain bahasa vernakular memiliki ciri otonomi, historisitas, dan vitalitas, tetapi tidak mempunyai ciri standarisasi.

Ada ratusan bahasa vernakular, misalnya bahasa Buang di Papua New Guinea, selain itu juga bahasa pribumi Eropa pada abad pertengahan, sebagai kebalikan dari bahasa Latin, yang pada waktu itu menjadi lingua franca di seluruh Eropa. Banyak dari bahasa vernakular yang belum ditulis atau dideskripsikan. Sejumlah bahasa daerah di Indonesia yang belum dikodifikasikan bisa termasuk bahasa vernakular. Dalam suatu masyarakat multilingual, banyaknya bahasa suku atau etnik yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang berbeda dianggap sebagai bahasa vernakular.

Dalam pengertian luas, bahasa Jawa di Indonesia bisa disebut bahasa vernakular, karena bahasa itu pertama didapatkan dari lingkungan keluarga, Tetapi, bahasa Jawa juga bisa dianggap bukan bahasa vernakular karena bahasa Jawa telah mengalami kodifikasi seperti halnya bahasa Bali. Telah ditahui bahwa ada bahasa Jawa dan bahasa Bali baku.

Bahasa Spanyol yang dipakai di Amerika juga bisa disebut bahasa vernakular, karena dipakai di lingkungan tertentu atau di rumah oleh orang-orang yang berbahasa Spanyol saja, tetapi di Spanyol, Uruguay, atau Chile, ahasa tersebut bukan merupakan bahasa vernakular.

Bahasa vernakular biasanya merupakan ragam bahasa yang digunakan untuk percakapan sehari-hari di rumah dan di lingkungan teman dekat. Tetapi pada bahasa Ibrani, bahasa ini berkembang dari bahasa ritual dan keagamaan menjadi bahasa sehari-hari. Bahasa Ibrani (Hebrew) pada awalnya tidak memiliki penutur asli dan bukan dianggap sebagai bahasa vernakular. Bahasa Israel ini mengalami proses yang disebut vernakularisasi menjadi bahasa nasional Israel. Fungsinya meluas menjadi fungsi eksklusif H dan fungsi L. Dari bahasa ritual, bahasa Ibrani menjadi bahasa yang digunakan untuk percakapan sehari-hari atau bahasa vernakular.

(bersambung)

Ini resep coba-coba, memanfaatkan biskuit kalengan sisa Lebaran yang sering nggak laku (kalah pamor sama roti kering, hahah). Browsing-browsing dikit nyari resep dasar, terus akhirnya dengan sentuhan Nina jadilah seperti ini. Kelihatannya memang gimana gitu...nggak cakep (mau bilang nggilani gak tega) yah..haha...tapi dengan sedikit bunga di situ mudah-mudahan jadi kelihatan sedikit menarik, heheh.


Ini resepnya kalo mau coba buat sendiri.
Bahan:

  • Biskuit kalengan, mereknya terserah. Dihancurkan, kemudian haluskan pakai blender.
  • 1 cangkir susu kental manis, boleh yang putih atau coklat.
  • Mentega dicairkan.
  • Kacang (mede atau kacang tanah juga boleh, tapi saya pakai semuanya biar maknyus) sangrai, dihancurkan atau diblender.
  • Coklat dilelehkan.
Cara membuat:
Campur biskuit dan kacang, tambahkan susu cair, coklat, dan mentega, aduk rata. Kalau sudah rata, buat bola-bola sambil dikepal-kepal agar padat. Beri lapisan coklat leleh (coating), lalu taburkan meses. Simpan di kulkas.

Tidak perlu ditambah rhum karena biskuitnya sudah wangi. Tidak perlu ditambah gula juga, semua sudah manis. Kalau kurang manis pandangi foto saya saja. Halah.

That's all?? Yep, that's all. Mudah bukan?? (bukaaannnn!)

Selamat mencoba!

Newer Posts Older Posts Home