Blogger Template by Blogcrowds.

Saya tidak tahu apa nama bunga ini, tapi ibu dan budhe saya menyebutnya "kembang biting" dalam bahasa Jawa (artinya bunga lidi, karena mungkin daunnya mirip lidi yang biasa disematkan di bungkus lontong). Ibu saya menanam dua jenis bunga ini, putih-pink dan pink. Keduanya ditanam di satu tempat, dan ternyata tumbuh bunga yang warnanya gabungan seperti ini. Ini asli, bukan rekayasa genetika. Bunga ini dibiarkan tumbuh begitu saja dan tidak diotak-atik. Apalagi di rumah tidak ada ahli biologi atau botani, haha. Dan ini juga bukan hasil pengolahan gambar dengan Photoshop atau semacamnya. Kalau tidak percaya coba ditanyakan ke Roy Suryo, haha. Tapi mungkin beliau tidak mau, karena ini bukan foto artis, hahaha. Oh ya, tanaman ini mudah tumbuh, tinggal dipotong (atau dipetik) lalu ditanam begitu saja (setidaknya itu yang dilakukan ibu saya). Mungkin kalau ada yang warna kuning atau warna lainnya bisa jadi satu bunga banyak warna. Hmm...

More Poem?

I read Puput's writing entitled "Life Has A Funny Way" (too bad it is in Indonesian), and thought about posting a poem i wrote a few years ago here :P.

That Man on the Street

They always look at me and shudder
as if i was a sinner
Hungry, i crawl to the trash,
as i don't have any cash
They may think that i'm sick
but i have no choice to pick
I just want my life to be better
instead of being a poor beggar
I just want a shelter
where families can get together
This isn't what i want to be
no friends, no family, no money
but why does it happen to me?
I should blame nobody
cos maybe this is my destiny
shame on me...

not the best poem i wrote i guess..but hope you enjoy it anyways :D

Living in a bilingual (or multilingual) community forces people to be able to speak in at least two different languages. I will take Javanese as a case in point. Javanese people can speak Javanese, their mother tongue, and Indonesian as their secondary or national language at a minimum. It is possible to find them speaking foreign languages too. As people have to speak different languages (or follow different speech levels; i.e. ngoko or krama in Javanese language) for different reasons, the so-called linguistic phenomena of code switching (you call it "alih kode" in Indonesian) and code mixing (campur kode) will inevitably occur.

When you alternate between two (or more) languages during your speech with another bilingual person, that means you have code-switched. Here is one of my favorite examples of code switching (cited from http://www.apfi-pppsi.com/alihkode.html, my translation):

A: Yanis, tu veux du "gado-gado"? (1) (Yanis, would you like gado-gado?)
B: Mais oui, je veux aussi du "es dawet". Quand on travaille dur, on a toujours faim. (2) (Yes, I’d like es dawet too. When we work hard, we are always hungry.)
A: Pak Mar, tolong pesen gado-gado kalih, es dawet kalih. (3) (Pak Mar, please bring us two gado-gado and es dawet.)
C: Inggih, inggih. (4) (Alright.)

You can see speaker A changes her language from French to Javanese (in utterances 1 and 3). She speaks French when talking with her friend B because her friend knows French too, and then switches to Javanese to talk to C as C does not speak French.

As for code mixing, it occurs when you incorporate small units (words or short phrases) from one language to another one. It is often unintentional and is often in word level. You probably say or hear someone saying something like "jangan suka nge-judge gitu dong. orang kan beda-beda" (note that "judge" is the English word inserted in the Indonesian utterance). You can see that in code mixing, you don't alternate the whole sentence, but you only use one word or two. This often happens unintetionally. Sometimes you have a bunch of lexicons that get jumbled in your brain, and you often use more than one languages.

Now you can see the difference between code switching and code mixing. When you change language intentionally and you do it because of specific purposes (e.g. the presence of third person that does not share the same language, or the change of topic or situation), in other word the switch is functional, that means you code-switch. When you insert a piece of word other than that of your language, and you have no specific purpose or intention when doing that, that means you code-mix.

I have done two researches on this subject. One is on code switching in a home-office domain, the other is on code switching in a mailing list forum. Pretty interesting :D.

Tiba-tiba jadi ingin menulis tentang SMS. Teman satu ini juga menulis soal SMS. Tapi mungkin tidak ada hubungannya dengan tulisan saya ini. Menurut saya SMS adalah revolusi dalam dunia teknologi yang memengaruhi hampir semua aspek kehidupan (halah). Karena saya belajar linguistik, biasanya yang saya perhatikan soal bahasanya, hehe. Saya sering geli melihat gaya bahasa anak muda (sok tua-nin) kalau mengirim SMS. Entah saya yang kurang gaul atau karena bahasanya yang terlalu kreatif, saya kadang tidak mengerti kalau ada SMS yang aneh-aneh, yang NuliZn4 kek 9iNi lHo, 9aUl 4Biz N9gaK tUcH. Melihat saja sudah capek, apalagi mengetiknya. Oh ya, saya menemukan komentar di blog salah satu teman saya yang "ABG banget". Saya selalu tertawa kalau membacanya.

[...] mungkin dirimuw gag ingad aquh..
quh kuL nda [sensor] iank dL na Loenpia pernah ksana.
hohohohohoho..ternatha d kmpuz mb juga gituh iah?
xiixixixixixi,mb’ [sensor] kuL na dmn c?

Hahaha, ternyata di blog penulis komentar itu juga gaul banget bahasanya, seperti komentar di atas. Semakin tidak bisa membayangkan jari-jarinya berlarian di atas keyboard...

Ternyata gaya bahasa SMS semacam ini terbawa juga di media tulisan seperti email dan chatting. Mungkin karena malas mengetik, mempersingkat, atau supaya terlihat gaul. Saya pribadi tidak suka dengan bahasa SMS seperti itu. Ini hanya opini pribadi lho ya. Mungkin karena terdoktrin oleh pekerjaan saya sebagai proofreader, jadi kalau melihat bahasa yang tidak sesuai pakem yang tidak pada tempatnya jadi agak tidak setuju. Kalau menulis SMS juga biasanya saya tidak menulis dengan karakter-karakter yang bervariasi seperti itu. (Sudah jadi anak buah Pak Antoen Moeliono yang EYD dan baik dan benar itu rupanya..)

Tapi memang SMS mempunyai pengaruh yang begitu kuat (sampai dibuat lagu, sampai bisa untuk menceraikan istri, sah tidaknya saya kurang paham-nin). Saya tidak menentang penggunaan bahasa semacam itu. Anggap saja orang Indonesia itu kreatif, dan gaya bahasa semacam itu memperkaya bahasa kita. Asal pada tempatnya tentu saja.

(Maaf bagi yang komentarnya saya jadikan contoh kasus di sini. No disrespect intended.)

Menurut Catford (1965:20), penerjemahan berarti mentransfer bahasa sumber ke bahasa sasaran. Penerjemahan merupakan penggantian materi tekstual pada bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan, penerjemah selalu berusaha mendapatkan unsur bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumbernya agar dapat mengungkapkan pesan yang sama dalam teks sasaran. Karena setiap bahasa mempunyai aturan tersendiri, maka perbedaan aturan ini akan menyebabkan terjadinya pergeseran.

Simatupang (2000:74-82) menyebutkan jenis-jenis pergeseran dalam terjemahan sebagai berikut:

  1. Pergeseran pada tataran morfem

Inggris Indonesia

impossible tidak mungkin

recycle daur ulang

  1. Pergeseran pada tataran sintaksis
    1. Kata ke frasa

Inggris Indonesia

girl anak perempuan

stallion kuda jantan

    1. Frasa ke klausa

Inggris

Not knowing what to say, (he just kept quiet)

Indonesia

(Karena) dia tidak tahu apa yang hendak dikatakannya, (…)

    1. Frasa ke kalimat

Inggris

His misinterpretation of the situation (caused his downfall).

Indonesia

Dia salah menafsirkan situasi (dan itulah yang menyebabkan kejatuhannya).

    1. Klausa ke kalimat

Inggris

Her unusual voice and singing style thrilled her fans, who reacted by screaming, crying, and clapping.

Indonesia

Suaranya yang luar biasa dan gayanya bernyanyi memikat para penggemarnya. Mereka memberikan rekasi dengan berteriak-teriak dan bertepuk tangan.

    1. Kalimat ke wacana

Inggris

Standing in a muddy jungle clearing strewn with recently felled trees, the Balinese village headman looked at his tiny house at the end of a line of identical buildings and said he felt strange.

Indonesia

Kepala kampung orang Bali itu berdiri di sebuah lahan yang baru dibuka di tengah hutan. Batang-batang pohon yang baru ditebang masih berserakan di sana-sini. Dia memandang rumahnya yang kecil yang berdiri di ujung deretan rumah yang sama bentuknya dan berkata bahwa dia merasa aneh.

  1. Pergeseran kategori kata

a. Nomina ke adjektiva

Inggris Indonesia

He is in good health. Dia dalam keadaan sehat.

b. Nomina ke verba

Inggris Indonesia

We had a very long talk. Kami berbicara lama sekali.

  1. Pergeseran pada tataran semantik

Pergeseran makna pada tataran semantik dapat berupa pergeseran makna generik ke makna spesifik maupun sebaliknya. Misalnya pada penerjemahan kata bahasa Inggris leg atau foot ke dalam bahasa Indonesia, maka padanan yang paling dekat untuk kedua kata tersebut adalah kaki. Di sini penerjemahan bergerak dari makna spesifik ke makna generik.

  1. Pergeseran makna karena perbedaan sudut pandang budaya

Pergeseran makna juga terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya penutu bahasa yang berbeda. Misalnya orang Inggris menghubungkan ruang angkasa dengan kedalaman, sedangkan orang Indonesia dengan ketinggian atau kejauhan. Jadi orang Inggris akan mengatakan The space-ship travelled deep into space, sedangkan orang Indonesia akan berkata Kapal ruang angkasa itu terbang tinggi sekali di ruang angkasa.

Newer Posts Older Posts Home