Dunia komputer dan teknologi informasi (TI) adalah dunia yang berkembang pesat. Setiap tahun kita bisa memastikan munculnya aplikasi peranti lunak maupun teknologi lainnya. Tingginya minat terhadap komputer dan TI dan banyaknya peluang kerja di bidang ini pun semakin mempercepat perkembangannya. Ini didukung pula adanya tuntutan zaman agar kita menguasai teknologi untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Dengan demikian, belajar TI baik secara otodidak maupun belajar di lembaga dan institusi menjadi suatu kebutuhan. Hal ini mendorong pula banyaknya terbitan dalam bidang tersebut. Beragam judul buku dengan harga yang bervariasi dapat dengan mudah kita temukan di toko-toko buku.
Banyaknya penulis buku komputer dan TI ini secara langsung berpengaruh pada industri penerbitan. Salah satu dampak yang muncul adalah perusahaan penerbit dapat menambah lini produk, yang akhirnya berimbas pada target konsumen yang lebih luas, dan pada akhirnya peningkatan laba. Selain itu, para peminat dan konsumen buku tersebut juga semakin dimanjakan dengan banyaknya pilihan judul. Dari segi tema, buku-buku tersebut bervariasi dari misalnya tutorial praktis menggunakan program komputer tertentu, sampai yang bersifat teknis seperti panduan merakit komputer hingga kamus istilah komputer. Bahkan banyak pula terbit buku-buku saku yang harganya terjangkau tetapi cukup praktis dan membantu, seperti buku panduan daftar situs Web menarik hingga panduan chatting di Internet dan semacamnya.
Maraknya buku komputer dan TI mendorong pula banyaknya penghobi dan praktisi yang beralih dalam bidang tulis-menulis. Tidak jarang di antara mereka yang menjadikan hobi menulis dan TI sebagai pekerjaan utama. Buku yang menjadi best seller tentunya akan menghasilkan pemasukan dari royalti yang cukup besar. Banyaknya penulis pemula yang belum memiliki nama atau merasa kesulitan masuk ke penerbit mendorong pula munculnya berbagai komunitas yang berfungsi sebagai mediator antara penulis dan penerbit. Komunitas ini biasanya telah memiliki hubungan baik dan sering bekerja sama dengan penerbit untuk memublikasikan karya-karya para penulis yang tergabung di dalamnya. Dengan demikian, komunitas tersebut dapat berperan untuk menjembatani para penulis tersebut dengan penerbit, meskipun ada kompensasi tertentu, seperti bagi hasil royalti atau lainnya. Beberapa komunitas penulis buku komputer dan TI di Semarang yang naskahnya diterbitkan oleh berbagai penerbit besar seperti Penerbit Salemba, Andi Offset, Elex Media Komputindo, antara lain SmitDev (Semarang IT Developer) dan E-Media Solusindo (EMS). Ada pula perusahaan dan institusi seperti perguruan tinggi yang menjadi perantara ke penerbit, seperti Wahana Komputer serta Unika Soegijapranata dan UKSW.
Tingginya volume naskah yang masuk ke penerbit dibandingkan kebutuhan pasar akan menimbulkan bottleneck. Ditambah tema tulisan yang hampir beragam, tingkat persaingan untuk masuk ke penerbit menjadi semakin berat. Banyak penerbit lebih memprioritaskan penulis lama yang telah memiliki nama. Ini tentunya menjadi kendala tersendiri bagi penulis baru. Lebih jauh lagi, dari sisi penerbit, agaknya masukan naskah dari komunitas dipilih karena beberapa alasan. Yang pertama, dengan berhubungan dari satu pihak saja penerbit dapat memperoleh banyak naskah. Yang kedua, keseragaman dan kontinuitas seri-seri buku lebih terjaga. Komunitas tersebut biasanya membagi jenis naskah ke dalam berbagai seri, seperti seri belajar mandiri, seri pemrograman, dan semacamnya. Yang ketiga, penerbit terbantu dari sisi penyuntingan karena komunitas tersebut biasanya juga memiliki editor, jadi ada proses swasunting dahulu sebelum dikirimkan ke penerbit. Ini tentunya akan memudahkan dan mempercepat proses penyuntingan dan penerbitan, hingga akhirnya buku tersebut dapat terbit sesuai waktunya dan up-to-date karena aplikasi komputer berkembang dengan pesat. Buku dengan tema yang mudah ”basi” tentunya tidak akan banyak dilirik konsumen.
Dari sisi lain, karena cukup sering membaca dan menyunting buku komputer, penulis artikel ini dapat melihat dari segi penulisan dan kebahasaan, agaknya gaya tulisan dalam buku-buku tersebut memunculkan genre tersendiri. Walaupun perlu pembuktian lebih lanjut, model penulisan buku tersebut seperti mengikuti pola tertentu, terutama untuk buku mengenai tutorial aplikasi program. Kebanyakan pembahasan dalam setiap babnya berupa panduan langkah demi langkah untuk menerapkan program tertentu. Dari segi bahasa, terbitnya bermacam buku komputer dan TI ini selanjutnya juga memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Karena kita belum banyak memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia, maka kebanyakan kosakata yang digunakan dalam buku tersebut berupa kata serapan atau pinjaman dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Meskipun demikian, banyak pula terdapat kata yang telah diindonesiakan seperti ’mengunduh’ (download), ’peranti keras’ (hardware), ’peranti lunak’ (software), dan sebagainya. Buku-buku tersebut diharapkan dapat membantu menyebarluaskan penggunaan istilah komputer dalam bahasa kita sendiri, karena kebanyakan dari kita masih merasa aneh dan enggan untuk menggunakannya dan cenderung memilih menggunakan istilah asingnya.
Buku-buku mengenai komputer dan TI memiliki prospek yang cerah. Perkembangan teknologi dan tuntutan zaman akan membuat kita harus selalu bergerak mengikutinya. Dunia TI bersifat dinamis, sehingga proses pembelajaran juga selalu mengikuti perkembangan yang terjadi. Lebih dari itu, tentunya kita juga tidak mau menjadi bangsa yang selalu tertinggal. Dengan banyak membaca kita akan bisa mengejar ketertinggalan itu sedikit demi sedikit. Dengan demikian, terbitnya buku-buku tersebut menjadi sesuatu yang selalu dibutuhkan.
Terakhir, jika Anda memiliki minat dalam dunia TI dan kepenulisan, mengapa tidak menjadi penulis saja? Menyalurkan hobi namun mendapat bisa mendapatkan uang. Mulai saja dari tema yang paling sederhana dan yang paling Anda kuasai. Salah seorang rekan pernah menulis buku tentang bagaimana chatting di Yahoo Messenger dan buku itu cukup laris dan sudah dicetak ulang. Jadi terbukti, buku komputer juga nggak ada matinya!
**Tulisan ini sebenarnya saya kirimkan ke media beberapa waktu lalu, tapi ternyata ndak dimuat, hahaha. Ya wis, daripada mangkrak di hard disk, saya muat di blog sendiri saja.
Banyaknya penulis buku komputer dan TI ini secara langsung berpengaruh pada industri penerbitan. Salah satu dampak yang muncul adalah perusahaan penerbit dapat menambah lini produk, yang akhirnya berimbas pada target konsumen yang lebih luas, dan pada akhirnya peningkatan laba. Selain itu, para peminat dan konsumen buku tersebut juga semakin dimanjakan dengan banyaknya pilihan judul. Dari segi tema, buku-buku tersebut bervariasi dari misalnya tutorial praktis menggunakan program komputer tertentu, sampai yang bersifat teknis seperti panduan merakit komputer hingga kamus istilah komputer. Bahkan banyak pula terbit buku-buku saku yang harganya terjangkau tetapi cukup praktis dan membantu, seperti buku panduan daftar situs Web menarik hingga panduan chatting di Internet dan semacamnya.
Maraknya buku komputer dan TI mendorong pula banyaknya penghobi dan praktisi yang beralih dalam bidang tulis-menulis. Tidak jarang di antara mereka yang menjadikan hobi menulis dan TI sebagai pekerjaan utama. Buku yang menjadi best seller tentunya akan menghasilkan pemasukan dari royalti yang cukup besar. Banyaknya penulis pemula yang belum memiliki nama atau merasa kesulitan masuk ke penerbit mendorong pula munculnya berbagai komunitas yang berfungsi sebagai mediator antara penulis dan penerbit. Komunitas ini biasanya telah memiliki hubungan baik dan sering bekerja sama dengan penerbit untuk memublikasikan karya-karya para penulis yang tergabung di dalamnya. Dengan demikian, komunitas tersebut dapat berperan untuk menjembatani para penulis tersebut dengan penerbit, meskipun ada kompensasi tertentu, seperti bagi hasil royalti atau lainnya. Beberapa komunitas penulis buku komputer dan TI di Semarang yang naskahnya diterbitkan oleh berbagai penerbit besar seperti Penerbit Salemba, Andi Offset, Elex Media Komputindo, antara lain SmitDev (Semarang IT Developer) dan E-Media Solusindo (EMS). Ada pula perusahaan dan institusi seperti perguruan tinggi yang menjadi perantara ke penerbit, seperti Wahana Komputer serta Unika Soegijapranata dan UKSW.
Tingginya volume naskah yang masuk ke penerbit dibandingkan kebutuhan pasar akan menimbulkan bottleneck. Ditambah tema tulisan yang hampir beragam, tingkat persaingan untuk masuk ke penerbit menjadi semakin berat. Banyak penerbit lebih memprioritaskan penulis lama yang telah memiliki nama. Ini tentunya menjadi kendala tersendiri bagi penulis baru. Lebih jauh lagi, dari sisi penerbit, agaknya masukan naskah dari komunitas dipilih karena beberapa alasan. Yang pertama, dengan berhubungan dari satu pihak saja penerbit dapat memperoleh banyak naskah. Yang kedua, keseragaman dan kontinuitas seri-seri buku lebih terjaga. Komunitas tersebut biasanya membagi jenis naskah ke dalam berbagai seri, seperti seri belajar mandiri, seri pemrograman, dan semacamnya. Yang ketiga, penerbit terbantu dari sisi penyuntingan karena komunitas tersebut biasanya juga memiliki editor, jadi ada proses swasunting dahulu sebelum dikirimkan ke penerbit. Ini tentunya akan memudahkan dan mempercepat proses penyuntingan dan penerbitan, hingga akhirnya buku tersebut dapat terbit sesuai waktunya dan up-to-date karena aplikasi komputer berkembang dengan pesat. Buku dengan tema yang mudah ”basi” tentunya tidak akan banyak dilirik konsumen.
Dari sisi lain, karena cukup sering membaca dan menyunting buku komputer, penulis artikel ini dapat melihat dari segi penulisan dan kebahasaan, agaknya gaya tulisan dalam buku-buku tersebut memunculkan genre tersendiri. Walaupun perlu pembuktian lebih lanjut, model penulisan buku tersebut seperti mengikuti pola tertentu, terutama untuk buku mengenai tutorial aplikasi program. Kebanyakan pembahasan dalam setiap babnya berupa panduan langkah demi langkah untuk menerapkan program tertentu. Dari segi bahasa, terbitnya bermacam buku komputer dan TI ini selanjutnya juga memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Karena kita belum banyak memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia, maka kebanyakan kosakata yang digunakan dalam buku tersebut berupa kata serapan atau pinjaman dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Meskipun demikian, banyak pula terdapat kata yang telah diindonesiakan seperti ’mengunduh’ (download), ’peranti keras’ (hardware), ’peranti lunak’ (software), dan sebagainya. Buku-buku tersebut diharapkan dapat membantu menyebarluaskan penggunaan istilah komputer dalam bahasa kita sendiri, karena kebanyakan dari kita masih merasa aneh dan enggan untuk menggunakannya dan cenderung memilih menggunakan istilah asingnya.
Buku-buku mengenai komputer dan TI memiliki prospek yang cerah. Perkembangan teknologi dan tuntutan zaman akan membuat kita harus selalu bergerak mengikutinya. Dunia TI bersifat dinamis, sehingga proses pembelajaran juga selalu mengikuti perkembangan yang terjadi. Lebih dari itu, tentunya kita juga tidak mau menjadi bangsa yang selalu tertinggal. Dengan banyak membaca kita akan bisa mengejar ketertinggalan itu sedikit demi sedikit. Dengan demikian, terbitnya buku-buku tersebut menjadi sesuatu yang selalu dibutuhkan.
Terakhir, jika Anda memiliki minat dalam dunia TI dan kepenulisan, mengapa tidak menjadi penulis saja? Menyalurkan hobi namun mendapat bisa mendapatkan uang. Mulai saja dari tema yang paling sederhana dan yang paling Anda kuasai. Salah seorang rekan pernah menulis buku tentang bagaimana chatting di Yahoo Messenger dan buku itu cukup laris dan sudah dicetak ulang. Jadi terbukti, buku komputer juga nggak ada matinya!
**Tulisan ini sebenarnya saya kirimkan ke media beberapa waktu lalu, tapi ternyata ndak dimuat, hahaha. Ya wis, daripada mangkrak di hard disk, saya muat di blog sendiri saja.
Labels: Rambling
Jika fonologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai bunyi, morfologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Bagian dari kompetensi linguistik seseorang termasuk pengetahuan mengenai morfologi bahasa, yang meliputi kata, pengucapan kata tersebut, maknanya, dan bagaimana unsur-unsur tersebut digabungkan (Fromkin & Rodman, 1998:96). Morfologi mempelajari struktur internal kata-kata. Jika pada umumnya kata-kata dianggap sebagai unit terkecil dalam sintaksis, jelas bahwa dalam kebanyakan bahasa, suatu kata dapat dihubungkan dengan kata lain melalui aturan. Misalnya, penutur bahasa Inggris mengetahui kata dog, dogs, dan dog-catcher memiliki hubungan yang erat. Penutur bahasa Inggris mengetahui hubungan ini dari pengetahuan mereka mengenai aturan pembentukan kata dalam bahasa Inggris.
Aturan yang dipahami penutur mencerminkan pola-pola tertentu (atau keteraturan) mengenai bagaimana kata dibentuk dari satuan yang lebih kecil dan bagaimana satuan-satuan tersebut digunakan dalam wicara. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari pola pembentukan kata dalam bahasa, dan berusaha merumuskan aturan yang menjadi acuan pengetahuan penutur bahasa tersebut.
Dalam hubungannya dengan sintaksis, beberapa relasi gramatikal dapat diekspresikan baik secara infleksional (morfologis) atau secara sintaksis (sebagai bagian dari struktur kalimat), misalnya pada kalimat He loves books dan He is a lover of books. Apa yang di dalam suatu bahasa ditandai dengan afiks infleksional, dalam bahasa lain ditandai dengan urutan kata (word order) dan dalam bahasa yang lain lagi dengan kata fungsi (function word). Misalnya dalam bahasa Inggris, kalimat Maxim defends Victor (Maxim mengalahkan Victor) memiliki makna yang berbeda dengan kalimat Victor defends Maxim (Victor mengalahkan Maxim). Urutan kata sangat penting. Dalam bahasa Rusia, semua kalimat berikut bermakna ”Maxim defends Victor” (Maxim mengalahkan Victor):
Maksim zasčisčajet Viktora.
Maksim Viktora zasčisčajet.
Viktora Maksim zasčisčajet.
Viktora zasčisčajet Maksim.
Sufiks infleksional –a pada Viktor menunjukkan bahwa Victor adalah yang dikalahkan, bukan Maxim (Fromkin & Rodman, 1998:93).
Dalam bahasa Inggris, untuk mengungkapkan makna ”masa depan” (future) dari sebuah verba kita harus menggunakan function word berupa will, misalnya pada kalimat John will come Monday. Dalam bahasa Prancis, verba untuk future tense menggunakan infleksi (Jean vient lundi ”John is coming Monday” atau Jean viendra lundi ”John will come Monday”). Demikian halnya jika bahasa Inggris memiliki penanda have dan be, bahasa Indonesia menggunakan afiksasi untuk mengungkapkan hal yang sama, misalnya:
Dokter memeriksa saya. The doctor examines me.
Saya diperiksa dokter. I was examined by the doctor.
Selain itu, semua morfem memiliki struktur gramatikal yang dilekatkan padanya. Terkadang, makna gramatikal hanya tampak jika morfem tersebut digabungkan dengan morfem lain (seperti pada afiks yang dapat mengubah makna gramatikal). Morfem infleksional adalah morfem yang tidak memiliki makna di luar makna gramatikal, seperti penanda jamak ”s” dalam bahasa Inggris. Tetapi morfem lain memiliki pengecualian, seperti pada kata hit – hit (present – past), atau sheep – sheep (tunggal - jamak).
Aturan yang dipahami penutur mencerminkan pola-pola tertentu (atau keteraturan) mengenai bagaimana kata dibentuk dari satuan yang lebih kecil dan bagaimana satuan-satuan tersebut digunakan dalam wicara. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari pola pembentukan kata dalam bahasa, dan berusaha merumuskan aturan yang menjadi acuan pengetahuan penutur bahasa tersebut.
Dalam hubungannya dengan sintaksis, beberapa relasi gramatikal dapat diekspresikan baik secara infleksional (morfologis) atau secara sintaksis (sebagai bagian dari struktur kalimat), misalnya pada kalimat He loves books dan He is a lover of books. Apa yang di dalam suatu bahasa ditandai dengan afiks infleksional, dalam bahasa lain ditandai dengan urutan kata (word order) dan dalam bahasa yang lain lagi dengan kata fungsi (function word). Misalnya dalam bahasa Inggris, kalimat Maxim defends Victor (Maxim mengalahkan Victor) memiliki makna yang berbeda dengan kalimat Victor defends Maxim (Victor mengalahkan Maxim). Urutan kata sangat penting. Dalam bahasa Rusia, semua kalimat berikut bermakna ”Maxim defends Victor” (Maxim mengalahkan Victor):
Maksim zasčisčajet Viktora.
Maksim Viktora zasčisčajet.
Viktora Maksim zasčisčajet.
Viktora zasčisčajet Maksim.
Sufiks infleksional –a pada Viktor menunjukkan bahwa Victor adalah yang dikalahkan, bukan Maxim (Fromkin & Rodman, 1998:93).
Dalam bahasa Inggris, untuk mengungkapkan makna ”masa depan” (future) dari sebuah verba kita harus menggunakan function word berupa will, misalnya pada kalimat John will come Monday. Dalam bahasa Prancis, verba untuk future tense menggunakan infleksi (Jean vient lundi ”John is coming Monday” atau Jean viendra lundi ”John will come Monday”). Demikian halnya jika bahasa Inggris memiliki penanda have dan be, bahasa Indonesia menggunakan afiksasi untuk mengungkapkan hal yang sama, misalnya:
Dokter memeriksa saya. The doctor examines me.
Saya diperiksa dokter. I was examined by the doctor.
Selain itu, semua morfem memiliki struktur gramatikal yang dilekatkan padanya. Terkadang, makna gramatikal hanya tampak jika morfem tersebut digabungkan dengan morfem lain (seperti pada afiks yang dapat mengubah makna gramatikal). Morfem infleksional adalah morfem yang tidak memiliki makna di luar makna gramatikal, seperti penanda jamak ”s” dalam bahasa Inggris. Tetapi morfem lain memiliki pengecualian, seperti pada kata hit – hit (present – past), atau sheep – sheep (tunggal - jamak).
Labels: Linguistics
Subscribe to:
Posts (Atom)