Blogger Template by Blogcrowds.

Hello...

Do you need any part-time worker (editor, copy-writer, tutor, English teacher)??...I am quite an experienced editor (also copy-editor)..have been working for a publisher company for more than two years...have proofread books varying from accounting, computer, and economics (that way i know some about those subjects, hehe)...I also have administration experience, but I don't enjoy this work (I'm not that good with numbers and calculations..haha)

If you are interested in hiring me you can ask for my CV and diplomas...just email me...thanks!

Help!

Do you have any idea of what to write for my thesis??...I think i want to write about genre analysis (it is a part of discourse analysis in linguistics)..but i still have no idea for the object and stuff :(

Or if you have experience or have ever written any paper about discourse analysis please let me know...i would really appreciate that..thanks!

Tulisan ini sudah pernah di-upload di situs web teman saya, tapi akan saya posting di blog ini juga. Siapa tahu bermanfaat :) untuk teman-teman penulis.

Ketika membuat suatu tulisan, karangan, ataupun membuat suatu bagian yang lebih sederhana dari karangan yaitu kalimat, kita sering menghadapi banyak persoalan. Salah satunya adalah apakah kalimat yang kita buat itu efektif atau tidak, sehingga pembaca bisa memahami apa yang ingin kita ungkapkan.

Sebelum dapat membuat atau bahkan membetulkan suatu kalimat menjadi efektif, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu dipakai untuk menyampaikan informasi dari pembicara atau penulis kepada lawan bicara atau pembaca secara tepat. Ketepatan dalam penyampaian informasi akan membuahkan hasil, yaitu adanya kepahaman lawan bicara atau pembaca terhadap isi kalimat atau tuturan yang disampaikan. Lawan bicara atau pembaca tidak akan bisa menjawab, melaksanakan, atau menghayati setiap kalimat atau tuturan itu sebelum mereka dapat memahami benar isi kalimat atau tuturan tersebut.

Berikut akan kita lihat kalimat-kalimat yang tidak efektif dan kita akan mencoba membetulkan kesalahan pada kalimat-kalimat itu. Beberapa jenis kesalahan dalam menyusun kalimat antara lain:

1. Pleonastis

Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:

· Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

· Kita harus saling tolong-menolong.

Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.

2. Kontaminasi

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.

Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Saya mengetahui kalau ia kecewa.

Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:

Bola gagal masuk gawang.

Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)

· Bahasa asing

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:

Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:

I live in Semarang where my mother works.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

· Bahasa daerah

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:

Anak-anak sudah pada datang.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Anak-anak sudah datang.

Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.

Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)

Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?

6. Kata depan yang tidak perlu

Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:

Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:

Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:

1. Kurang padunya kesatuan gagasan.

Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:

Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.

Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

2. Kurang ekonomis pemakaian kata.

Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:

· membicarakan tentang transmigrasi

Seharusnya: membicarakan transmigrasi

· sudah pada tempatnya apabila

Seharusnya: sudah selayaknya apabila

· Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.

Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.

Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

3. Kurang logis susunan gagasannya.

Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:

Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.

Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:

Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.

Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.

· Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.

· Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.

Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.

5. Konstruksi yang bermakna ganda.

Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:

· Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.

Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:

Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.

· Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.

Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:

Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.

Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.

Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:

· Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

· Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.

7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.

Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar). Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:

· Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.

Seharusnya:

Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.

· Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

Seharusnya:

Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

Atau:

Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.


Dari berbagai sumber.

Ponsel

Hampir semua orang di Indonesia sekarang mempunyai barang yang namanya ponsel (telepon seluler), atau HP [ha pe] (hand phone...i don't think if westerners use this term, i think it is mobile phone or cell phone). Bahkan anak2 SD jaman sekarang juga sudah punya HP (jaman saya dulu telepon biasa aja belum punya, :P). Kapan pun, di mana pun, asal nggak lowbat (baterai habis) atau nggak punya pulsa kita bisa nelpon atau ditelpon, dan ber-sms ria...

Tapi ada juga hal lucu dari HP ini lho...kata teman saya teknologi itu (dalam hal ini HP lho ya) membuat jarak dekat menjadi jauh. Lho kok bisa??...bukannya kalau punya HP teman atau pacar atau keluarga kita nun jauh di sana jadi bisa komunikasi dengan kita??...kan malah serasa dekat ya...Tapi tunggu dulu, ternyata benar juga kata teman saya ini. Contoh kasus ya..saya punya beberapa...mungkin Anda juga mengalaminya...teman saya itu SMS saya padahal rumahnya mepet rumah saya...padahal kalau ke rumah saya saja jalan sebentar nggak sampai 5 menit lho...contoh lagi, teman saya di-SMS istrinya yang ada di kamar di lantai 2...padahal kalau turun juga nggak nyampai 5 menit...kan kesannya jadi jauh ya, pakai SMS segala??...menurut Anda?

Well, tapi yang jelas saya sangat berterima kasih dengan ditemukannya HP...memudahkan (walaupun kadang juga bisa menguras isi dompet, haha)...tapi dengan punya HP ibu saya selalu menelpon saya kalau lagi dolan terus pulang agak telat "Ayo ndang balik! Dolan kok ra eling jam!!!"..oalah to Buk..kaya nggak pernah muda aja...

Akhirnya...

Sudah lama saya tidak menulis. Menulis di sini maksudnya menulis artikel atau komposisi, yang jelas tulisan yang lebih dari satu paragraf, hehe. Mungkin saya lebih banyak membaca (atau nonton TV) daripada menulis. Well, salah satunya karena tuntutan pekerjaan. Ada yang mengatakan kalau orang Indonesia itu paling susah kalau diminta menulis. Saya pernah membaca salah satu buku (judulnya lupa) bahwa kesulitan terbesar mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri adalah ketika mereka diminta menulis paper. Semoga sekarang sudah jauh lebih banyak orang Indonesia yang mau menulis.

Anyway, beberapa hari ini saya membaca blog teman-teman saya, dan tergerak hati saya untuk ikut menulis juga. Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis, tapi tidak tahu apa mau yang saya tulis. Mungkin terlalu banyak hal di kepala saya sampai susah menuangkannya, haha (sok pemikir). Terkadang ingin juga saya menjadi penulis. Kalau melihat penulis yang dapat royalti apa lagi, duduk manis dapat duit, hahaha. Sekarang saya coba menulis, biasanya saya “mengobrak-abrik” tulisan orang lain. Tunggu dulu, saya tidak “mengobrak-abrik” dalam hal yang buruk, lho. Saya melakukan hal tersebut karena dengan demikian saya bisa dapat uang jajan, hahaha (i proofreaad books for a living :P). Coba sekarang saya menulis dan silakan Anda edit, supaya bisa merasakan bagaimana tulisan saya diedit orang lain, hahaha (eh, pernah ding, dulu waktu kuliah skripsi saya juga diobrak-abrik dosen).

Oke deh, mungkin ini cuma pengantar saja. Saya tidak tahu berapa banyak tulisan yang akan saya buat nantinya. Mungkin hari ini lagi ada mood, jadi tiba-tiba saja ingin sekali menulis sesuatu. Terkadang susah juga untuk mengalahkan rasa malas. Benar juga ya, perang paling berat itu perang melawan diri sendiri. Last but not least, seperti di acara Jepang Takeshi Castle (dubber Indonesia di acara Jepang memang lucu, membuat kadang saya ingin menjadi dubber saja), mohon bimbingannya ya. Doakan saya!

Newer Posts Older Posts Home