Blogger Template by Blogcrowds.

So this is one of my favorite recipes, squid teri-yummy (I'd rather call it teri-yummy instead of teriyaki haha). You can make your own squid teri-yummy by trying my recipe. You'd better cook it well, else it will be squid teri-yucky haha..

Ingredients:
1 kg squids, take out the ink and tentacles so you will have clean meat only
5 spoons of teriyaki sauce (i use instant teriyaki sauce here)
salt, pepper, sugar
3 red chilis, cut cross wise (or you can use 1 bell pepper)
2 onion leaves, cut cross-wise
1 onion, dice
3 cloves of garlic, mash
2 spoons of vegetable oil
5 spoons of tomato ketchup
1 cup of water

Directions
Heat vegetable oil over medium-high heat in a skillet, diced onion, and then put the mashed garlic in. add the chillis.

Put the squids in. Add ketchup, teriyaki sauce, salt, pepper, and sugar. Stir thoroughly. Add water. Don't use too much water as the squids will release water. I dont really like my teri-yummy to have too much liquid in it. Wait until the mixture is perfectly cooked. Sprinkle the onion leaves before you take it out and serve it.

Now your squid teri-yummy is ready. Itadakimasu!

Mutually exclusive environment is an environment in which the first segment of the two occurs only in such and such position, but the second segment never occurs in this same position. For further explanation we can see the following example in English language:

/r/ and /l/ are separate phonemes as indicated by the minimal pairs “blew” and “brew” and also “leaf“ and “reef”.
Voiceless [ r ] and [ l ] … (with open circles under are separated phonemes as indicated by minimal pairs in “ cloud” and “crowd”.
If we look at all the /l/ sounds we will see that they each have a different phonetically constrained environment, i.e they are in complementary distribution.
Velarized [ l ] occurs at the end of syllables
Voiceless [ l ] occurs after syllable initial voiceless consonants
[ l ] occurs elsewhere.

To make it easier to understand, we can use the “Clark Kent-Superman” analogy. Clark Kent and Superman are the same person, but they never appear at the same time. If Superman is present, then Clark Kent “disappears”, and vice versa. Therefore in our analogy, Superman and Clark Kent are allophones (the different realizations of phonemes in context, or variant sounds of the phonemic classes) that belong to the same person, in this case, the same phoneme.

Just Wondering

Apakah para penutur asli bahasa Inggris lebih self-centered daripada penutur asli bahasa Indonesia?

Coba saja, dalam bahasa Inggris kata yang bermakna "saya" selalu ditulis dengan huruf besar (huruf kapital) "I". Dalam bahasa Indonesia, kata yang bermakna sama tersebut ditulis dengan awalan huruf kecil "saya" (kecuali di awal kalimat tentunya). Apakah ini menunjukkan ego yang lebih besar? Atau mungkin kepercayaan diri yang tinggi?

Sementara untuk kata yang bermakna "kamu" atau "Anda" (orang kedua) dalam bahasa Inggris ditulis dengan awalan huruf kecil "you", sama halnya dalam bahasa Indonesia kata "kamu" diawali dengan huruf kecil. Tetapi untuk kata "Anda" yang ditujukan untuk orang kedua tetapi lebih dihormati ditulis dengan awalan huruf kapital "Anda". Apakah ini menunjukkan bahwa penutur bahasa Inggris lebih egaliter?

Bahasa itu unik. Mungkin itulah kenapa saya selalu tertarik dengan bahasa...(halah)

Blogger's Day

Well yeah. I just blogged today for the national blogger's day.

Just like the famous Descartes' quote "cogito ergo sum" that means "I think, therefore I am," I would say "I blog, therefore I am" haha.

So, happy blogger's day, bloggers!

Isn't it a cool bus? San Francisco, eh?

Take a look...
No, I didn't go to San Francisco. It's just a Nusantara bus I took to Purwokerto, haha. Still wonder why they put Golden Gate bridge picture on a Semarang-Purwokerto bus...

Dunia komputer dan teknologi informasi (TI) adalah dunia yang berkembang pesat. Setiap tahun kita bisa memastikan munculnya aplikasi peranti lunak maupun teknologi lainnya. Tingginya minat terhadap komputer dan TI dan banyaknya peluang kerja di bidang ini pun semakin mempercepat perkembangannya. Ini didukung pula adanya tuntutan zaman agar kita menguasai teknologi untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa lain. Dengan demikian, belajar TI baik secara otodidak maupun belajar di lembaga dan institusi menjadi suatu kebutuhan. Hal ini mendorong pula banyaknya terbitan dalam bidang tersebut. Beragam judul buku dengan harga yang bervariasi dapat dengan mudah kita temukan di toko-toko buku.

Banyaknya penulis buku komputer dan TI ini secara langsung berpengaruh pada industri penerbitan. Salah satu dampak yang muncul adalah perusahaan penerbit dapat menambah lini produk, yang akhirnya berimbas pada target konsumen yang lebih luas, dan pada akhirnya peningkatan laba. Selain itu, para peminat dan konsumen buku tersebut juga semakin dimanjakan dengan banyaknya pilihan judul. Dari segi tema, buku-buku tersebut bervariasi dari misalnya tutorial praktis menggunakan program komputer tertentu, sampai yang bersifat teknis seperti panduan merakit komputer hingga kamus istilah komputer. Bahkan banyak pula terbit buku-buku saku yang harganya terjangkau tetapi cukup praktis dan membantu, seperti buku panduan daftar situs Web menarik hingga panduan chatting di Internet dan semacamnya.

Maraknya buku komputer dan TI mendorong pula banyaknya penghobi dan praktisi yang beralih dalam bidang tulis-menulis. Tidak jarang di antara mereka yang menjadikan hobi menulis dan TI sebagai pekerjaan utama. Buku yang menjadi best seller tentunya akan menghasilkan pemasukan dari royalti yang cukup besar. Banyaknya penulis pemula yang belum memiliki nama atau merasa kesulitan masuk ke penerbit mendorong pula munculnya berbagai komunitas yang berfungsi sebagai mediator antara penulis dan penerbit. Komunitas ini biasanya telah memiliki hubungan baik dan sering bekerja sama dengan penerbit untuk memublikasikan karya-karya para penulis yang tergabung di dalamnya. Dengan demikian, komunitas tersebut dapat berperan untuk menjembatani para penulis tersebut dengan penerbit, meskipun ada kompensasi tertentu, seperti bagi hasil royalti atau lainnya. Beberapa komunitas penulis buku komputer dan TI di Semarang yang naskahnya diterbitkan oleh berbagai penerbit besar seperti Penerbit Salemba, Andi Offset, Elex Media Komputindo, antara lain SmitDev (Semarang IT Developer) dan E-Media Solusindo (EMS). Ada pula perusahaan dan institusi seperti perguruan tinggi yang menjadi perantara ke penerbit, seperti Wahana Komputer serta Unika Soegijapranata dan UKSW.

Tingginya volume naskah yang masuk ke penerbit dibandingkan kebutuhan pasar akan menimbulkan bottleneck. Ditambah tema tulisan yang hampir beragam, tingkat persaingan untuk masuk ke penerbit menjadi semakin berat. Banyak penerbit lebih memprioritaskan penulis lama yang telah memiliki nama. Ini tentunya menjadi kendala tersendiri bagi penulis baru. Lebih jauh lagi, dari sisi penerbit, agaknya masukan naskah dari komunitas dipilih karena beberapa alasan. Yang pertama, dengan berhubungan dari satu pihak saja penerbit dapat memperoleh banyak naskah. Yang kedua, keseragaman dan kontinuitas seri-seri buku lebih terjaga. Komunitas tersebut biasanya membagi jenis naskah ke dalam berbagai seri, seperti seri belajar mandiri, seri pemrograman, dan semacamnya. Yang ketiga, penerbit terbantu dari sisi penyuntingan karena komunitas tersebut biasanya juga memiliki editor, jadi ada proses swasunting dahulu sebelum dikirimkan ke penerbit. Ini tentunya akan memudahkan dan mempercepat proses penyuntingan dan penerbitan, hingga akhirnya buku tersebut dapat terbit sesuai waktunya dan up-to-date karena aplikasi komputer berkembang dengan pesat. Buku dengan tema yang mudah ”basi” tentunya tidak akan banyak dilirik konsumen.

Dari sisi lain, karena cukup sering membaca dan menyunting buku komputer, penulis artikel ini dapat melihat dari segi penulisan dan kebahasaan, agaknya gaya tulisan dalam buku-buku tersebut memunculkan genre tersendiri. Walaupun perlu pembuktian lebih lanjut, model penulisan buku tersebut seperti mengikuti pola tertentu, terutama untuk buku mengenai tutorial aplikasi program. Kebanyakan pembahasan dalam setiap babnya berupa panduan langkah demi langkah untuk menerapkan program tertentu. Dari segi bahasa, terbitnya bermacam buku komputer dan TI ini selanjutnya juga memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Karena kita belum banyak memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia, maka kebanyakan kosakata yang digunakan dalam buku tersebut berupa kata serapan atau pinjaman dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Meskipun demikian, banyak pula terdapat kata yang telah diindonesiakan seperti ’mengunduh’ (download), ’peranti keras’ (hardware), ’peranti lunak’ (software), dan sebagainya. Buku-buku tersebut diharapkan dapat membantu menyebarluaskan penggunaan istilah komputer dalam bahasa kita sendiri, karena kebanyakan dari kita masih merasa aneh dan enggan untuk menggunakannya dan cenderung memilih menggunakan istilah asingnya.

Buku-buku mengenai komputer dan TI memiliki prospek yang cerah. Perkembangan teknologi dan tuntutan zaman akan membuat kita harus selalu bergerak mengikutinya. Dunia TI bersifat dinamis, sehingga proses pembelajaran juga selalu mengikuti perkembangan yang terjadi. Lebih dari itu, tentunya kita juga tidak mau menjadi bangsa yang selalu tertinggal. Dengan banyak membaca kita akan bisa mengejar ketertinggalan itu sedikit demi sedikit. Dengan demikian, terbitnya buku-buku tersebut menjadi sesuatu yang selalu dibutuhkan.

Terakhir, jika Anda memiliki minat dalam dunia TI dan kepenulisan, mengapa tidak menjadi penulis saja? Menyalurkan hobi namun mendapat bisa mendapatkan uang. Mulai saja dari tema yang paling sederhana dan yang paling Anda kuasai. Salah seorang rekan pernah menulis buku tentang bagaimana chatting di Yahoo Messenger dan buku itu cukup laris dan sudah dicetak ulang. Jadi terbukti, buku komputer juga nggak ada matinya!

**Tulisan ini sebenarnya saya kirimkan ke media beberapa waktu lalu, tapi ternyata ndak dimuat, hahaha. Ya wis, daripada mangkrak di hard disk, saya muat di blog sendiri saja.

Jika fonologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai bunyi, morfologi mengidentifikasi satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Bagian dari kompetensi linguistik seseorang termasuk pengetahuan mengenai morfologi bahasa, yang meliputi kata, pengucapan kata tersebut, maknanya, dan bagaimana unsur-unsur tersebut digabungkan (Fromkin & Rodman, 1998:96). Morfologi mempelajari struktur internal kata-kata. Jika pada umumnya kata-kata dianggap sebagai unit terkecil dalam sintaksis, jelas bahwa dalam kebanyakan bahasa, suatu kata dapat dihubungkan dengan kata lain melalui aturan. Misalnya, penutur bahasa Inggris mengetahui kata dog, dogs, dan dog-catcher memiliki hubungan yang erat. Penutur bahasa Inggris mengetahui hubungan ini dari pengetahuan mereka mengenai aturan pembentukan kata dalam bahasa Inggris.

Aturan yang dipahami penutur mencerminkan pola-pola tertentu (atau keteraturan) mengenai bagaimana kata dibentuk dari satuan yang lebih kecil dan bagaimana satuan-satuan tersebut digunakan dalam wicara. Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari pola pembentukan kata dalam bahasa, dan berusaha merumuskan aturan yang menjadi acuan pengetahuan penutur bahasa tersebut.

Dalam hubungannya dengan sintaksis, beberapa relasi gramatikal dapat diekspresikan baik secara infleksional (morfologis) atau secara sintaksis (sebagai bagian dari struktur kalimat), misalnya pada kalimat He loves books dan He is a lover of books. Apa yang di dalam suatu bahasa ditandai dengan afiks infleksional, dalam bahasa lain ditandai dengan urutan kata (word order) dan dalam bahasa yang lain lagi dengan kata fungsi (function word). Misalnya dalam bahasa Inggris, kalimat Maxim defends Victor (Maxim mengalahkan Victor) memiliki makna yang berbeda dengan kalimat Victor defends Maxim (Victor mengalahkan Maxim). Urutan kata sangat penting. Dalam bahasa Rusia, semua kalimat berikut bermakna ”Maxim defends Victor” (Maxim mengalahkan Victor):

Maksim zasčisčajet Viktora.
Maksim Viktora zasčisčajet.
Viktora Maksim zasčisčajet.
Viktora zasčisčajet Maksim.

Sufiks infleksional –a pada Viktor menunjukkan bahwa Victor adalah yang dikalahkan, bukan Maxim (Fromkin & Rodman, 1998:93).

Dalam bahasa Inggris, untuk mengungkapkan makna ”masa depan” (future) dari sebuah verba kita harus menggunakan function word berupa will, misalnya pada kalimat John will come Monday. Dalam bahasa Prancis, verba untuk future tense menggunakan infleksi (Jean vient lundi John is coming Monday” atau Jean viendra lundiJohn will come Monday”). Demikian halnya jika bahasa Inggris memiliki penanda have dan be, bahasa Indonesia menggunakan afiksasi untuk mengungkapkan hal yang sama, misalnya:

Dokter memeriksa saya. The doctor examines me.
Saya diperiksa dokter. I was examined by the doctor.

Selain itu, semua morfem memiliki struktur gramatikal yang dilekatkan padanya. Terkadang, makna gramatikal hanya tampak jika morfem tersebut digabungkan dengan morfem lain (seperti pada afiks yang dapat mengubah makna gramatikal). Morfem infleksional adalah morfem yang tidak memiliki makna di luar makna gramatikal, seperti penanda jamak ”s” dalam bahasa Inggris. Tetapi morfem lain memiliki pengecualian, seperti pada kata hit – hit (present – past), atau sheep – sheep (tunggal - jamak).

In syntax, you can use phrase structure trees to distinguish the meaning of an ambiguous sentence like the following.

John saw the man with a telescope.

Use it-clauses to explain the meaning, then create phrase structure trees from each it-clause.

1. It is with a telescope that John saw the man.

2. It is the man with a telescope that John saw.

I saw this high school textbook in the biggest bookstore in Semarang. The word "bilingual" tickled my mind, so I wanted to look through it. See what I read there in the book. Grammar badly needs correction! It is bilingual, but the English translation is pretty awful.

Here is one of the sentences i captured: "Galaxy is a group of stars in universe that their amount is large" (Galaksi adalah kelompok bintang di jagat raya yang jumlahnya banyak). D'oh, it just sounds like word by word translation. Terrible. Next sentences sound worse and worse (sorry >_<).

Well maybe I'm just being critical, but I think they have to revise the book. I think the intention of writing a bilingual book is very good, but I think they should write it in good English and Indonesian (surely it will also make the editor or translator's job much easier, eheh).


Signs

Signs signs signs at Prambanan Temple...

Wonder why they didn't translate these signs...

Seminar

I will present my thesis proposal this Saturday, July 5th. My thesis will be on Saminism in Blora. Kindof hard I think, but I still hope I can do it well.

So, goodluck Nina!


*Already did it. I did not do that well when defending my arguments...but the grade was satisfactory :D

Linguistik berarti ilmu bahasa. Ilmu bahasa adalah ilmu yang objeknya bahasa. Bahasa di sini maksudnya adalah bahasa yang digunakan sehari-hari (atau fenomena lingual). Karena bahasa dijadikan objek keilmuan maka ia mengalami pengkhususan, hanya yang dianggap relevan saja yang diperhatikan (diabstraksi). Jadi yang diteliti dalam linguistik atau ilmu bahasa adalah bahasa sehari-hari yang sudah diabstraksi, dengan demikian anggukan, dehem, dan semacamnya bukan termasuk objek yang diteliti dalam linguistik.

Linguistik modern berasal dari Ferdinand de Saussure, yang membedakan langue, langage, dan parole (Verhaar, 1999:3). Langue adalah salah satu bahasa sebagai suatu sistem, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris. Langage berarti bahasa sebagai sifat khas manusia, sedangkan parole adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret (dalam bahasa Indonesia ketiga istilah tadi disebut bahasa saja dan mengacu pada konsep yang sama). Sejalan dengan hal di atas, Robins (1992:55) mengatakan bahwa langue merupakan struktur leksikal, gramatikal, dan fonologis sebuah bahasa, dan struktur ini sudah tertanam dalam pikiran penutur asli pada masa kanak-kanak sebagai hasil kolektif masyarakat bahasa yang dibayangkan sebagai suatu kesatuan supraindividual. Dalam menggunakan bahasanya, penutur bisa berbicara di dalam lingkup langue ini; apa yang sebenarnya diucapkannya adalah parole, dan satu-satunya kendali yang dapat dia atur adalah kapan dia harus berbicara dan apa yang harus ia bicarakan. Kaidah leksikal, gramatikal, dan fonologis telah dikuasai dan dipakai, dan kaidah tersebut menentukan ruang lingkup pilihan yang dapat dibuat oleh penutur. Pembedaan ini seperti apa yang dibuat Chomsky, yaitu antara competence (apa yang secara intuisi diketahui penutur tentang bahasanya) dan performance (apa yang dilakukan penutur ketika dia menggunakan bahasanya).

Ilmu linguistik sendiri sering disebut linguistik umum, artinya ilmu linguistik tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja tetapi juga menyangkut bahasa pada umumnya. Dengan memakai istilah de Saussure, dapat dirumuskan bahwa ilmu linguistik tidak hanya meneliti salah satu langue saja, tetapi juga langage, yaitu bahasa pada umumnya. Sedangkan linguistik teoretis memuat teori linguistik, yang mencakup sejumlah subbidang, seperti ilmu tentang struktur bahasa (grammar atau tata bahasa) dan makna (semantik). Ilmu tentang tata bahasa meliputi morfologi (pembentukan dan perubahan kata) dan sintaksis (aturan yang menentukan bagaimana kata-kata digabungkan ke dalam frasa atau kalimat). Selain itu dalam bagian ini juga ada fonologi atau ilmu tentang sistem bunyi dan satuan bunyi yang abstrak, dan fonetik, yang berhubungan dengan properti aktual seperti bunyi bahasa atau speech sound (phone) dan bunyi non-speech sound, dan bagaimana bunyi-bunyi tersebut dihasilkan dan didengar (http://en.wikipedia.org/wiki/Linguistics).

Menurut Verhaar (1999:9), setiap ilmu pengetahuan biasanya terbagi atas beberapa bidang bawahan, misalnya ada linguistik antropologis atau cara penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan ahli antropologi budaya, ada sosiolinguistik untuk meneliti bagaimana dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial dalam golongan penutur tertentu. Tetapi bidang-bidang bawahan tersebut mengandaikan adanya pengetahuan linguistik yang mendasari. Bidang yang mendasari itu adalah bidang yang menyangkut struktur dasar tertentu, yaitu struktur bunyi bahasa yang bidangnya disebut fonetik dan fonologi; struktur kata atau morfologi; struktur antarkata dalam kalimat atau sintaksis; masalah arti atau makna yang bidangnya disebut semantik; hal-hal yang menyangkut siasat komunikasi antarorang dalam parole atau pemakaian bahasa, dan menyangkut juga hubungan tuturan bahasa dengan apa yang dibicarakan, atau disebut pragmatik.

[ph] dan [p]

Setiap bahasa memiliki kaidah yang khas dari semua bidang yang tercakup dalam leksikon (kosakata) dan tata bahasa. Misalnya pada bunyi [p] dalam kata bahasa Inggris "pot". Bunyi [p] beraspirasi ([ph]) karena [ph] dalam kata "pot" adalah satu-satunya bunyi letup (plosive) pada awal kata, sehingga akan diucapkan seperti[phot]. Tetapi dalam kata "spot", bunyi [p] tidak beraspirasi karena bukan merupakan satu-satunya konsonan pada awal kata, sehingga akan diucapkan [spot], tanpa aspirasi pada bunyi [p].

S
eorang penutur asli bahasa Inggris akan kesulitan untuk mengucapkan bunyi fonem /p/ pada kata "psychology". Bunyi [p] tersebut silent atau tidak diucapkan, sehingga akan terdengar seperti [saiˈkolədʒi]. Untuk mengucapkan bunyi [ph] ia akan menarik kedua bibirnya ke dalam sebelum melepaskannya. Ia akan mengalami kesulitan untuk mengucapkan bunyi [ph] sebelum bunyi [s] secara berurutan, sehingga bunyi [ph] menjadi tidak terdengar (seperti pada contoh kata "spot" di atas). Ini berbeda apabila seorang penutur asli bahasa Indonesia atau Jawa yang mengucapkan kata "psikologi". Biasanya bunyi fonem /p/ akan terdengar jelas. Ini karena kaidah fonetis bunyi fonem /p/ dalam bahasa Indonesia berbeda dengan bahasa Inggris. Dalam kaidah fonetis bahasa Indonesia atau Jawa, bunyi [p] tidak beraspirasi di awal kata (dan tidak beraspirasi pula di posisi tengah maupun akhir kata). Jadi, para penutur bahasa Indonesia atau Jawa asli, karena tidak perlu melipat kedua bibirnya ke dalam ketika mengucapkan [p], akan cenderung mengucapkan [pesikologi] atau [sikologi].

*Referensi: Wacana Komunikasi (Herudjati Purwoko)

Don Quixote

This book is very thick. Don Quixote by Miguel de Cervantes. I have this one, the complete and unabridged version. It was recommended to me, I thought it was good so I bought it anyways. I wanted to buy Anna Karenina by Leo Tolstoy (the Indonesian version), but I eventually bought this one. I got it like two years ago, and I have never finished it since then. I probably have read one-third of the book. It is a classic novel, and I have to think twice (or maybe more) when reading it because of the language. Reading English books should be fine with me, but for classic novels, sometimes I have to read the sentences more than once or skip some words because I am lazy to look them up in dictionary, heheh. As long as I get the point, that is. Then I can enjoy it.

Been two years and I don't know when I will continue it. Laziness is the thing. I have some books I haven't finished reading, among others are Lord Jim by Joseph Conrad (one of the reasons I bought it was because it tells about Semarang, my city, hahah) and Kebangkitan by Leo Tolstoy (the translated version of Resurrection). Both are pretty boring I guess. But I surely want to finish reading them. I just don't know when. Oh well...

Dear Sir,

For the silence,
For all questions left unanswered,
For all problems left unsolved,
For all words left misunderstood,
For all of our empty chatters,
For the boredom of listening...

Sir,
we don't really get what you say in class....
(is it that you are too smart or we, your students, are the stupid ones?)


*dedicated to our syntax prof

Ini adalah makalah yang kami (saya, Arie, Nur, Taufik, dan Putri) tulis untuk mewakili kelurahan kami dalam Festival Kakikol beberapa waktu lalu. Tapi makalah ini masuk 10 besar saja, tidak jadi juara >_<. Karena kurang dana, kami hanya bisa berwacana saja, belum sampai pada realisasinya. Oh well...

TAMAN KECIL SEBAGAI MEDIA PENGHIJAUAN

DI SEPANJANG KANAN KIRI JALAN PROTOKOL

A. PENDAHULUAN

Luas ruang terbuka hijau di kota Semarang setiap tahun semakin berkurang. Hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan terbuka menjadi terbangun untuk berbagai keperluan seperti jalan protokol, perumahan, industri, pertokoan, kantor, pedagang kaki lima, dan sebagainya. Semakin sempitnya ruang tersebut, khususnya taman dan area pedestrian, dapat menimbulkan kerawanan dan penyakit sosial, misalnya sifat individualistik dan ketidakpedulian terhadap lingkungan. Hal ini sering ditemukan di masyarakat perkotaan. Selain itu, semakin terbatasnya ruang terbuka juga berpengaruh terhadap peningkatan iklim mikro, pencemaran udara, banjir, dan berbagai dampak negatif lingkungan lainnya.

Kondisi jalan protokol juga semakin padat karena terjadi peningkatan jumlah kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Tingkat penggunaan kendaraan di jalan tersebut sejalan dengan aktivitas manusia yang dituntut bergerak dinamis di era sekarang. Hal ini berdampak pada tingkat polusi di udara. Asap yang keluar dari knalpot kendaraan, debu, asap pabrik, merupakan pemandangan yang sering kita lihat. Polutan tersebut dapat mengakibatkan banyak permasalahan, mulai dari kesehatan, kebersihan, hingga estetika lingkungan.

Masalah kesehatan akan muncul karena kandungan polutan di udara semakin meningkat. Debu, gas karbon monoksida (CO), timbal (Pb), dan logam berat lainnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Radikal bebas inilah yang dapat menyebabkan kanker. CO2 merupakan gas utama penyebab pemanasan global (83%), yang akan berakibat pada perubahan iklim, menyebabkan banjir, kekeringan, perubahan ekosistem, dan kesehatan manusia (http://sim.nilim.go.jp/ GE/SEMI7/5%20PENGHIJAUAN.ppt). Meningkatnya gas CO2 di udara juga memacu meningkatnya suhu atmosfer bumi, atau biasa dikenal sebagai efek rumah kaca. Sumber emisi CO2 di jalan raya antara lain berasal dari transportasi, sampah, dan industri. Muncul banyak masalah jika terjadi pemanasan global seperti sekarang ini, mulai dari masalah lingkungan, perubahan iklim, hingga bencana alam. Estetika lingkungan juga akan terpengaruh, bahkan asap hitam dari knalpot yang tidak jarang menempel pada pembatas jalan dapat mengurangi keindahan karena terlihat kumuh.

Upaya manusia untuk mengurangi dampak yang timbul dari berbagai pencemaran tersebut sangat perlu dilakukan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah penghijauan. Penghijauan merupakan penanggulangan polutan secara biologis untuk memperbaiki kualitas udara dan ini perlu dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan agar berhasil dengan baik. Agen tanaman untuk upaya penghijauan yang dapat digunakan adalah tanaman hias yang memiliki kemampuan untuk mendegradasi polutan tersebut. Beberapa di antara tanaman tersebut adalah sansiviera, puring (Codiaeum variegiatum), nusa indah (Mussaenda sp), bunga soka (Ixora sp), dan kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).

Permasalahan yang dihadapi dalam usaha penghijauan yang sedang digerakkan di kota Semarang saat ini dalam rangka penataan lingkungan yang bersih dan indah terkait dengan program Kakikol (Kanan Kiri Jalan Protokol) adalah seberapa efektif pembuatan taman di sepanjang trotoar kanan kiri jalan protokol? Tulisan ini akan mencoba menjawab permasalahan tersebut.

B. PEMBAHASAN

Dalam rangka penataan lingkungan yang bersih dan indah, upaya penghijauan sangat diperlukan. Upaya ini dapat dimulai dari penataan trotoar yang bebas dari pedagang kaki lima (PKL) untuk memberi ruang bagi para pejalan kaki. Selanjutnya, agar terlihat lebih indah dan hijau, dapat dibuat taman-taman kecil di sepanjang trotoar tersebut, tanpa menghalangi fungsinya sebagai area pedestrian. Mengingat semakin meningkatnya polusi udara di sepanjang jalan protokol, maka diharapkan taman-taman kecil tersebut juga dapat berfungsi sebagai media penghijauan untuk mengurangi polusi yang ada.

Fungsi penghijauan di sepanjang kanan kiri jalan protokol ditekankan sebagai penyerap CO2, penghasil oksigen, penyerap polutan (logam berat, debu, belerang), peredam kebisingan, penahan angin, dan peningkatan keindahan (PP RI no. 63/2002). Karakteristik pohon yang biasa digunakan untuk penghijauan adalah pohon dengan perakaran kuat, ranting tidak mudah patah, daun tidak mudah gugur, serta penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap potensi reduksi zat pencemar dan umur tanaman adalah jenis tanaman, kerimbunan dan ketinggian tanaman, jumlah emisi karbon, suhu, kecepatan angin, serta kepadatan dan ketinggian bangunan (Kaule, 2000). Menurut Robinette (1983), jumlah pantulan radiasi surya suatu hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca, dan posisi lintang. Tanaman berdaun banyak akan lebih efektif menyerap polutan di udara dibandingkan tumbuhan berdaun jarang. Sedangkan daun tanpa lapisan lilin, berbulu, atau berduri juga akan lebih mudah menyerap gas di udara.

Sebagaimana tersebut di atas, tanaman yang digunakan untuk pengisi taman di sepanjang trotoar tersebut adalah sansiviera, puring, nusa indah, bunga soka, dan kembang sepatu. Sansiviera yang di Indonesia dikenal dengan nama lidah mertua ini memiliki pesona tinggi. Selain itu, tanaman berdaun meruncing ini memiliki kemampuan menyerap polusi. Selain sebagai tanaman hias, sansiviera sering ditaruh di sudut dapur atau kamar mandi untuk mengurangi bau. Sansiviera juga memiliki keunggulan lain, yaitu tidak memerlukan perawatan yang rumit dan cukup tahan banting, karena tanpa disiram selama beberapa hari pun akan tetap bertahan hidup. Ini menjadikan sansiviera cocok ditanam di wilayah kota Semarang mengingat kondisinya yang panas.

Puring merupakan tanaman yang memiliki daun paling baik dalam menyerap unsur plumbum (Pb/timah hitam/timbal) yang bertebaran di udara terbuka (2,05 mgr/liter). Penyerap terbaik kedua adalah daun pohon beringin (1,025 mgr/liter). Oleh karena itu, dalam rangka mengurangi kadar logam berat di udara, misalnya yang berasal dari pembuangan kendaraan bermotor, pemerintah dan masyarakat disarankan untuk memperbanyak penanaman kedua jenis pohon tersebut. Ini karena berdasar penelitian dosen kimia UII, Ir. Feris, pembangunan pesat perkotaan dan pedesaan serta peningkatan jumlah kendaraan bermotor mengakibatkan kandungan logam berat di udara semakin banyak. Akhirnya, muncul berbagai gangguan kesehatan. Timah hitam merupakan unsur polutan berbahaya yang bisa terhisap oleh tubuh melalui pernapasan. Dampaknya akan semakin buruk jika yang terkena adalah anak-anak. Logam ini bisa merusak sistem saraf dan pencernaan. Sebagai tambahan, mengutip hasil penelitian PBB, timah hitam bisa mengakibatkan anak-anak kehilangan rata-rata empat poin IQ dalam usia tujuh tahun.

Nusa indah, soka, dan kembang sepatu merupakan tanaman berbunga yang biasa ditanam di banyak tempat. Tanaman tersebut merupakan penambah nilai estetika. Selain fungsi ekologis untuk mengurangi polutan yang berdampak pada pemanasan global, tingginya polutan yang menyebabkan gangguan kesehatan, aspek estetika juga perlu dipertimbangkan untuk menambah keasrian, keindahan, dan kenyamanan. Dengan demikian, trotoar kembali pada fungsinya semula sebagai area pedestrian yang aman dan nyaman. Apalagi menyikapi rencana pemerintah untuk mengembangkan city walk, keindahan trotoar juga menjadi salah satu faktor pendukung.

Pembuatan taman di trotoar, pemisah jalan, maupun di tepi jalan dilakukan untuk memperindah kota. Pengaturan tata letak tanaman tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga tercipta keindahan di sepanjang jalan tersebut. Taman-taman tersebut diharapkan berguna dari segi ekologis untuk mengurangi polusi, sedangkan dari segi estetika dapat menambah keasrian, kebersihan, dan kenyamanan di sepanjang jalan raya.

C. PENUTUP

Berkurangnya ruang terbuka hijau di kota Semarang serta polusi udara yang semakin meningkat memicu buruknya kualitas udara. Selain itu, ruang untuk para pejalan kaki pun menjadi berkurang sehingga membahayakan dan mengurangi keindahan. Penghijauan menjadi salah satu cara menanggulangi polutan untuk memperbaiki kualitas udara. Pemanfaatan berbagai jenis tanaman melalui pembuatan taman di sepanjang trotoar diharapkan dapat mengurangi dampak polusi lingkungan. Selain itu, jika ditinjau dari fungsi ekologis pembuatan taman mampu mengurangi polutan yang berdampak pada pemanasan global. Dari fungsi estetika, adanya taman dapat menambah keasrian, keindahan, dan kenyamanan. Langkah ini perlu dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan agar berhasil dengan baik. Dengan upaya kecil ini setidaknya kita telah membantu mengurangi polutan di udara dan menyuplai oksigen bagi kehidupan kita semua.

My Old Poem

I don't remember when I wrote this, maybe four or five years ago. I'm not sure, it was pretty long. I remember my friend from college made a song from this poem, haha. The song was pretty good I think, but unfortunately I don't have the copy, and I never met him since we graduated.

I See the Light

I see the light...
I want to reach it
I see the light...
waving and blinking...
I want to come to it
I see the light...
I run to get it
I see the light...
I keep running on the cracking street
I fall once or twice but i keep running
and the light keeps waving and blinking
I still see the light...
and still i want to reach it
and run to get it...

Setiap hari saya bergelut dengan tulisan. Hampir setiap hari pula saya membetulkan ejaan tulisan yang saya baca. Ternyata kesalahan ejaan kebanyakan penulis atau penerjemah itu hampir sama. Karena berjibaku (*halah*) dengan hal-hal semacam inilah saya jadi hafal mana bentuk yang baku dan mana yang tidak (walaupun tidak semuanya, apa gunanya kamus kalau begitu :P), dan ini terbawa juga ketika saya menulis. Untung teknologi sudah canggih, jadi tinggal klik menu Find & Replace di MS Word dan saya tidak perlu mengganti kesalahan ejaan satu per satu. Bayangkan saja kalau ada buku tebal yang bisa dipakai untuk bantalan dan banyak kesalahan ejaannya, haha. Bisa keriting tangan saya.

Ini adalah beberapa bentuk bahasa Indonesia nonstandar yang sering saya temui:
  • 'terdiri dari', seharusnya 'terdiri atas'
  • 'subyek', 'obyek', seharusnya 'subjek', 'objek'
  • 'terus menerus', seharusnya 'terus-menerus'
  • 'merubah', 'dirubah', seharusnya 'mengubah', 'diubah'
  • 'dan lain sebagainya', seharusnya 'dan sebagainya'
  • 'mempengaruhi', seharusnya 'memengaruhi'
  • 'memperhatikan', seharusnya 'memerhatikan'
dan masih banyak lagi sampai saya bisa membuat daftarnya. Anda bisa melihatnya di sini. Itu baru kesalahan ejaan. Belum kalau kesesuaian antarkalimat, koherensi, terjemahan yang kurang tepat, dan detail-detail lainnya. Lho kok jadi curhat. Tapi kalau tidak demikian, mungkin editor akan kehilangan pekerjaan, haha.

A. Pendahuluan

Adanya pengetahuan dan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari manusia. Manusia adalah yang memiliki pengetahuan dan berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan sistem yang dikembangkan manusia untuk mengetahui keadaannya dan lingkungannya, serta menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, atau menyesuaikan lingkungan dengan dirinya dalam rangka strategi hidupnya. Ilmu itu diolah ke dalam atau mejadi teknologi untuk diterapkan. Dengan demikian, tujuan teknologi menjadi jelas dan pengembangannya terarah dan bersasaran, yaitu untuk kesejahteraan, kemudahan, dan keuntungan bagi manusia (Jacob, 19998:1). Di masa prailmiah, pengetahuan diperoleh secara empiris turun-temurun, kemudian diteruskan dengan eksperimen dan logika. Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah maju dengan sangat pesat. Teknologi modern dalam era globalisasi ini telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Tetapi, mustahil akan ada titik terakhir, karena ilmu-ilmu baru dan berbagai konsekuensinya akan terus bermunculan.

Ilmu sendiri memiliki segi positif dan negatif. Segi positifnya, ilmu pengetahuan dapat meringankan kehidupan manusia. Tenaga alam membebaskan manusia dari perbudakan, mesin membebaskan manusia dari pekerjaan yang monoton, mesin cerdas membebaskan manusia dari berpikir, dan pengobatan membebaskan manusia dari rasa sakit. Sedangkan sisi negatifnya, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan alat perang, apalagi jika disalahgunakan seperti ketika bom atom diledakkan. Untuk itulah seorang ilmuwan harus harus bermoral, bertanggung jawab, dan diikat oleh kode etik.

B. Landasan Epistemologis

Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat yang menggeluti masalah-masalah yang bersifat menyeluruh dan mendasar mengenai pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Jadi objek material filsafat ilmu adalah pengetahuan dan objek formal atau segi tinjauannya adalah menangkap, menemukan ciri-ciri umum pengetahuan, dan bagaimana proses manusia dapat memperoleh pengetahuan dan bagaimana kebenaran pengetahuan manusia dapat diuji dan dipertanggungjawabkan (Jacob, 2005:6).

Terdapat teori mengenai kebenaran, antara lain (disarikan dari http://www.geocities.com/HotSprings/6774/j-35.html):

  1. The correspondence theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran atau itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan faktanya.
  2. The consistence theory of truth. Menurut teori ini, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kebenaran ditegaskan atas hubungan antara yang baru itu dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan kita akui benarnya terlebih dahulu.
  3. The pragmatic theory of truth. Benar tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada berfaedah tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya.

Dari tiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah kita akui kebenarannya dan tergantung kepada kemanfaatan teori tersebut bagi kehidupan manusia. Dalam tulisan ini akan dikaji masalah ilmu pengetahuan dan kekuasaan dari sudut pandang epistemologis, dan bagaimana pemanfaatan ilmu tersebut dalam kaitannya dengan kekuasaan.

C. Ilmu Pengetahuan dan Kekuasaan

Hubungan antara ilmu pengetahuan dan kekuasaan itu sendiri telah lama ada. Di zaman prailmiah, kekuasaan adalah milik Tuhan. Tidak banyak yang dapat dilakukan manusia dalam kondisi yang paling baik sekalipun dan keadaan itu akan memburuk sama sekali jika manusia terkena kemarahan Tuhan. Sebaliknya, dalam dunia ilmu pengetahuan, semuanya berbeda. Segala sesuatu berjalan sesuai yang kita kehendaki dengan pengetahuan tentang hukum alam (Bertrand Russell, 1991:14-15).

Pada abad pertengahan di Eropa, gereja yang merupakan pusat keagamaan dan ilmu pengetahuan sekaligus juga berfungsi sebagai pusat politik dan kekuasaan. Organisasi agama ini mengembangkan tradisi sendiri. Sekolah-sekolah biara (skolastik) didirikan di sejumlah tempat. Dapat dikatakan bahwa kekuasaan politik gereja sangat efektif, sehingga akhirnya berhasil memaksakan penguasa Romawi menerima Kristen sebagai agama resmi di seluruh imperium Romawi yang hancur karena berbagai pemberontakan. Kekuasaan gereja ini akhirnya berhasil mendominasi perjalanan filsafat dan berbagai ilmu. Pada masa ini berbagai universitas berdiri di berbagai kota besar di Eropa. Kurikulumnya pun harus direstui gereja terlebih dahulu.

Ketika unsur kekuasaan menjadi begitu mengakar pada ilmu pengetahuan, pengetahuan dan ilmuwannya menjadi semacam rezim (http://jurnalyics.tripod.com/EDITORIAL1.htm). Segala sesuatu harus tunduk pada peraturan penguasa. Rezim yang terbentuk sering kali sulit menghindari ungkapan klasik dari Lord Acton, ”power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely” (kekuasaan cenderung merusak dan kekuasaan yang mutlak benar-benar merusak).

Hasil pengetahuan dalam bidang komunikasi dan informasi telah digunakan untuk membelokkan informasi sesuai kepentingan politik dan kekuasaan, siapa yang menguasai informasi dialah yang dapat menguasai dunia. Misalnya, informasi dari Barat yang menyatakan Islam identik dengan terorisme, sedangkan Amerika dan Israel yang menyerang Irak dan Palestina justru dibela terutama oleh sekutunya dan mendapat bantuan dana untuk melaksanakan serangan tersebut.

Dalam hal ekonomi, era pasar bebas akan menguntungkan negara maju yang otomatis memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju juga sehingga semakin membuat negara miskin semakin miskin (lingkaran setan kemiskinan). Membanjirnya produk ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan konsumerisme, sehingga terjadi homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi manusia lainnya). Mereka yang berilmu tinggi akan dapat menipu yang berilmu rendah, sebagaimana ungkapan Francis Bacon bahwa ”ilmu adalah kekuasaan” (knowledge is power). Jika ilmu adalah kekuasaan maka teknologi merupakan alat kekuasaan.

Di bidang kedokteran, kloning masih menjadi pro dan kontra. Kloning merupakan teknik penggandaan gen yang menghasilkan turunan yang sama sifat baik dari segi hereditas maupun penampakannya (http://id.wikipedia.org/wiki/-Kloning). Jadi dengan kata lain kloning merupakan merupakan cara perkembangbiakan makhluk hidup untuk mendapatkan individu atau anakan yang sama persis dengan induknya tanpa melalui proses pembuahan. Kloning ditentang oleh banyak tokoh agama dan moral karena dianggap melawan takdir.

Jika kloning diterapkan pada manusia, hal ini akan mengacaukan tatanan agama yaitu perlunya keluarga dan perkawinan. Dalam artikel di situs Web http://www.voanews.com/ indonesian/archive/2003-01/a-2003-01-22-13-1.cfm, disebutkan bahwa ”Kloning adalah jalan menuju keabadian. Itulah kalimat yang dilontarkan ketua sekte agama Raelian, Claude Vorilhon. Dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi C-B-S, ia mengatakan, perusahaan yang didirikannya, Clonaid, telah menjadi perusahaan pertama di dunia yang menciptakan manusia lewat metode kloning.” Meskipun masih menjadi perdebatan, jika memang benar terjadi, dapat dibayangkan jika kloning diselewengkan penggunaannya untuk melahirkan dominasi ras manusia yang berkarakter tertentu yang selanjutnya dapat mengancam tatanan sosial seperti kecemburuan, penjajahan, tindakan semena-mena, dan sebagainya.

Hal yang sulit dihindari tentang ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kekuasaan. Saat seseorang berkuasa, ilmu pengetahuan yang dimilikinya akan memengaruhi segala kebijakannya. Michel Foucault mengungkapkan bahwa pertautan kekuasaan dan ilmu pengetahuan selalu membangun hubungan menguatkan. Kekuasaan sebagai kompleks strategi dinamis bisa diperankan individu atau institusi, dan kekuasaan bekerja berdasarkan mekanisme kerja ilmu pengetahuan yang dimiliki (http://www.ham.go.id/index_HAM.asp?menu= artikel&id=1024). Dalam hal teknologi kloning, bisa saja hasil kloning yang digunakan untuk tumbuhan dan hewan disalahgunakan penguasa untuk membuat manusia kloning, dengan membuat tentara pilihan yang digunakan untuk menghabisi musuh. Hal ini bisa saja terjadi mengingat adanya penggunaan bom atom oleh pasukan sekutu untuk menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki semasa Perang Dunia.

”Modus operandi” pengaruh penguasa terhadap ilmu pengetahuan dapat dikategorikan ke dalam dua cara. Pertama secara melembaga, yaitu tidak adanya kebebasan pendidikan tinggi untuk tanpa dicampuri oleh kekuasaan luar; kedua secara perseorangan, yakni menyangkut kebebasan seseorang untuk belajar, mengajar, dan melaksanakan penelitian serta mengemukakan pendapatnya sehubungan dengan kegiatan tersebut tanpa ada pembatasan kecuali dari dirinya sendiri (Achmad Icksan dalam Mahfud dalam http://www.mail-archive.com/gorontalomaju2020@yahoogroups.com/msg00080.html). Namun peran ilmuwan dan kaum intelektual sebagai pengendali dan agen perubahan ternyata juga dikuasai kepentingan kekuasaan. Mereka yang awalnya melontarkan berbagai gagasan kritis akhirnya juga ikut larut menikmati kekuasaan dan mengingkari idealismenya sendiri. Mereka menampilkan kesan sebagai pemecah masalah, namun dalam banyak hal lebih terlihat sebagai pembuat masalah. Hal ini menunjukkan bahwa posisi kaum ilmuwan dan intelektual rentan dipengaruhi kepentingan penguasa, baik penguasa negara maupun penguasa modal (uang).

Tanggung jawab merupakan kewajiban menanggung, menjamin bahwa perbuatan yang dilakukan itu sesuai kodrat (Setiardja, 2005:54). Jadi, seorang ilmuwan yang mengadakan penelitian harus sanggup menggunakan kebebasannya hanya untuk melakukan kebaikan, akan berusaha untuk mempergunakan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kebahagiaan umat manusia, dan memperbaiki taraf hidup manusia. Demikian halnya para penguasa dengan wewenangnya untuk mengambil kebijakan juga harus bertanggung jawab atas pemanfaatan hasil ilmu pengetahuan tersebut sehingga tidak terjadi penyalahgunaan yang pada akhirnya malah akan merugikan manusia sendiri.

D. Penutup

Di atas telah disinggung bahwa kehadiran berbagai produk ilmu pengetahuan teknologi itu tidak lepas dari pengaruh kekuasaan. Pengaruh kekuasaan itu ada yang dijadikan pembenaran untuk menyalahgunakan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kita perlu merenungkan kembali secara mendasar mengenai hakikat ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang baik bertanggung jawab atas perubahan zaman dan bermanfaat bagi semua orang, bukan segelintir orang atau kelompok tertentu saja. Ilmu pengetahuan adalah untuk kemanusiaan dan bukan untuk kekuasaan. Kebenaran ilmiah itu sendiri tidaklah bersifat mutlak, tetapi relatif. Benar pada saat ini belum tentu benar di masa depan. Agama juga diperlukan agar pemanfaatan ilmu pengetahuan itu tidak disalahgunakan oleh kekuasaan.

I studied French when I was in high school and college and I kindof forget most of it, so I thought I should practice it. It was pretty hard writing this but my friend helped me proofread it so here it goes :D.

Quelques Coins de Semarang

Semarang est une des grandes villes en Indonésie. Elle se trouve dans le centre du Java. Dans le collonialism d'Hollandaise, on l'appellait "Het Venetie van Java," ou le Venise du Java, parce qu’elle a eu beaucoup des canals comme Venise en Italie. Semarang est une ville multiculturelle. Il y a les javanaises, les chinois, les arabes, et les autres ethniques comme les habitants.

Si vous allez à Semarang, n’oubliez pas de visiter le Lawang Sewu (c’est a dire: mille portes) dans le centre de la ville. Le Lawang Sewu est un bâtiment qui a beaucoup de portes (mais moi, je ne suis pas sûr qu’il a vraiment mille portes, haha). La bas, on peut voir aussi une prison dans le souterrain.

Comme Paris a le quartier Latin, Semarang a le quartier Chinois. Dans ce quartier, on peut venir au Warung Semawis (le marché de Semawis). Si vous aimez beaucoup manger, mieux veut que vous le visitez. Il y a beaucoup de bonnes nourritures traditionelles javanaise et chinoise. On vous suggère d’essayer le lunpia, un specifite de Semarang. C’est un fusion des cuisines javanais et chinoise. Quel maqnifique!

L’autre endroit que vous devez voir c’est le Petit Holland dans le quartier Vieille Ville. Il y a beaucoup de vieux bâtiments. Le plus célèbre c’est l’église Blenduk qui a été construit en 1753.

Ces sont les images des endroits dans Semarang.

Le monument de la jeunesse, devant le Lawang Sewu

Le Sam Poo Kong, le plus grande temple en Semarang

L’église Blenduk

Le Lawang Sewu, vieux et effrayant

Le marché de Semawis

Saya tidak tahu apa nama bunga ini, tapi ibu dan budhe saya menyebutnya "kembang biting" dalam bahasa Jawa (artinya bunga lidi, karena mungkin daunnya mirip lidi yang biasa disematkan di bungkus lontong). Ibu saya menanam dua jenis bunga ini, putih-pink dan pink. Keduanya ditanam di satu tempat, dan ternyata tumbuh bunga yang warnanya gabungan seperti ini. Ini asli, bukan rekayasa genetika. Bunga ini dibiarkan tumbuh begitu saja dan tidak diotak-atik. Apalagi di rumah tidak ada ahli biologi atau botani, haha. Dan ini juga bukan hasil pengolahan gambar dengan Photoshop atau semacamnya. Kalau tidak percaya coba ditanyakan ke Roy Suryo, haha. Tapi mungkin beliau tidak mau, karena ini bukan foto artis, hahaha. Oh ya, tanaman ini mudah tumbuh, tinggal dipotong (atau dipetik) lalu ditanam begitu saja (setidaknya itu yang dilakukan ibu saya). Mungkin kalau ada yang warna kuning atau warna lainnya bisa jadi satu bunga banyak warna. Hmm...

More Poem?

I read Puput's writing entitled "Life Has A Funny Way" (too bad it is in Indonesian), and thought about posting a poem i wrote a few years ago here :P.

That Man on the Street

They always look at me and shudder
as if i was a sinner
Hungry, i crawl to the trash,
as i don't have any cash
They may think that i'm sick
but i have no choice to pick
I just want my life to be better
instead of being a poor beggar
I just want a shelter
where families can get together
This isn't what i want to be
no friends, no family, no money
but why does it happen to me?
I should blame nobody
cos maybe this is my destiny
shame on me...

not the best poem i wrote i guess..but hope you enjoy it anyways :D

Living in a bilingual (or multilingual) community forces people to be able to speak in at least two different languages. I will take Javanese as a case in point. Javanese people can speak Javanese, their mother tongue, and Indonesian as their secondary or national language at a minimum. It is possible to find them speaking foreign languages too. As people have to speak different languages (or follow different speech levels; i.e. ngoko or krama in Javanese language) for different reasons, the so-called linguistic phenomena of code switching (you call it "alih kode" in Indonesian) and code mixing (campur kode) will inevitably occur.

When you alternate between two (or more) languages during your speech with another bilingual person, that means you have code-switched. Here is one of my favorite examples of code switching (cited from http://www.apfi-pppsi.com/alihkode.html, my translation):

A: Yanis, tu veux du "gado-gado"? (1) (Yanis, would you like gado-gado?)
B: Mais oui, je veux aussi du "es dawet". Quand on travaille dur, on a toujours faim. (2) (Yes, I’d like es dawet too. When we work hard, we are always hungry.)
A: Pak Mar, tolong pesen gado-gado kalih, es dawet kalih. (3) (Pak Mar, please bring us two gado-gado and es dawet.)
C: Inggih, inggih. (4) (Alright.)

You can see speaker A changes her language from French to Javanese (in utterances 1 and 3). She speaks French when talking with her friend B because her friend knows French too, and then switches to Javanese to talk to C as C does not speak French.

As for code mixing, it occurs when you incorporate small units (words or short phrases) from one language to another one. It is often unintentional and is often in word level. You probably say or hear someone saying something like "jangan suka nge-judge gitu dong. orang kan beda-beda" (note that "judge" is the English word inserted in the Indonesian utterance). You can see that in code mixing, you don't alternate the whole sentence, but you only use one word or two. This often happens unintetionally. Sometimes you have a bunch of lexicons that get jumbled in your brain, and you often use more than one languages.

Now you can see the difference between code switching and code mixing. When you change language intentionally and you do it because of specific purposes (e.g. the presence of third person that does not share the same language, or the change of topic or situation), in other word the switch is functional, that means you code-switch. When you insert a piece of word other than that of your language, and you have no specific purpose or intention when doing that, that means you code-mix.

I have done two researches on this subject. One is on code switching in a home-office domain, the other is on code switching in a mailing list forum. Pretty interesting :D.

Tiba-tiba jadi ingin menulis tentang SMS. Teman satu ini juga menulis soal SMS. Tapi mungkin tidak ada hubungannya dengan tulisan saya ini. Menurut saya SMS adalah revolusi dalam dunia teknologi yang memengaruhi hampir semua aspek kehidupan (halah). Karena saya belajar linguistik, biasanya yang saya perhatikan soal bahasanya, hehe. Saya sering geli melihat gaya bahasa anak muda (sok tua-nin) kalau mengirim SMS. Entah saya yang kurang gaul atau karena bahasanya yang terlalu kreatif, saya kadang tidak mengerti kalau ada SMS yang aneh-aneh, yang NuliZn4 kek 9iNi lHo, 9aUl 4Biz N9gaK tUcH. Melihat saja sudah capek, apalagi mengetiknya. Oh ya, saya menemukan komentar di blog salah satu teman saya yang "ABG banget". Saya selalu tertawa kalau membacanya.

[...] mungkin dirimuw gag ingad aquh..
quh kuL nda [sensor] iank dL na Loenpia pernah ksana.
hohohohohoho..ternatha d kmpuz mb juga gituh iah?
xiixixixixixi,mb’ [sensor] kuL na dmn c?

Hahaha, ternyata di blog penulis komentar itu juga gaul banget bahasanya, seperti komentar di atas. Semakin tidak bisa membayangkan jari-jarinya berlarian di atas keyboard...

Ternyata gaya bahasa SMS semacam ini terbawa juga di media tulisan seperti email dan chatting. Mungkin karena malas mengetik, mempersingkat, atau supaya terlihat gaul. Saya pribadi tidak suka dengan bahasa SMS seperti itu. Ini hanya opini pribadi lho ya. Mungkin karena terdoktrin oleh pekerjaan saya sebagai proofreader, jadi kalau melihat bahasa yang tidak sesuai pakem yang tidak pada tempatnya jadi agak tidak setuju. Kalau menulis SMS juga biasanya saya tidak menulis dengan karakter-karakter yang bervariasi seperti itu. (Sudah jadi anak buah Pak Antoen Moeliono yang EYD dan baik dan benar itu rupanya..)

Tapi memang SMS mempunyai pengaruh yang begitu kuat (sampai dibuat lagu, sampai bisa untuk menceraikan istri, sah tidaknya saya kurang paham-nin). Saya tidak menentang penggunaan bahasa semacam itu. Anggap saja orang Indonesia itu kreatif, dan gaya bahasa semacam itu memperkaya bahasa kita. Asal pada tempatnya tentu saja.

(Maaf bagi yang komentarnya saya jadikan contoh kasus di sini. No disrespect intended.)

Menurut Catford (1965:20), penerjemahan berarti mentransfer bahasa sumber ke bahasa sasaran. Penerjemahan merupakan penggantian materi tekstual pada bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses penerjemahan, penerjemah selalu berusaha mendapatkan unsur bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumbernya agar dapat mengungkapkan pesan yang sama dalam teks sasaran. Karena setiap bahasa mempunyai aturan tersendiri, maka perbedaan aturan ini akan menyebabkan terjadinya pergeseran.

Simatupang (2000:74-82) menyebutkan jenis-jenis pergeseran dalam terjemahan sebagai berikut:

  1. Pergeseran pada tataran morfem

Inggris Indonesia

impossible tidak mungkin

recycle daur ulang

  1. Pergeseran pada tataran sintaksis
    1. Kata ke frasa

Inggris Indonesia

girl anak perempuan

stallion kuda jantan

    1. Frasa ke klausa

Inggris

Not knowing what to say, (he just kept quiet)

Indonesia

(Karena) dia tidak tahu apa yang hendak dikatakannya, (…)

    1. Frasa ke kalimat

Inggris

His misinterpretation of the situation (caused his downfall).

Indonesia

Dia salah menafsirkan situasi (dan itulah yang menyebabkan kejatuhannya).

    1. Klausa ke kalimat

Inggris

Her unusual voice and singing style thrilled her fans, who reacted by screaming, crying, and clapping.

Indonesia

Suaranya yang luar biasa dan gayanya bernyanyi memikat para penggemarnya. Mereka memberikan rekasi dengan berteriak-teriak dan bertepuk tangan.

    1. Kalimat ke wacana

Inggris

Standing in a muddy jungle clearing strewn with recently felled trees, the Balinese village headman looked at his tiny house at the end of a line of identical buildings and said he felt strange.

Indonesia

Kepala kampung orang Bali itu berdiri di sebuah lahan yang baru dibuka di tengah hutan. Batang-batang pohon yang baru ditebang masih berserakan di sana-sini. Dia memandang rumahnya yang kecil yang berdiri di ujung deretan rumah yang sama bentuknya dan berkata bahwa dia merasa aneh.

  1. Pergeseran kategori kata

a. Nomina ke adjektiva

Inggris Indonesia

He is in good health. Dia dalam keadaan sehat.

b. Nomina ke verba

Inggris Indonesia

We had a very long talk. Kami berbicara lama sekali.

  1. Pergeseran pada tataran semantik

Pergeseran makna pada tataran semantik dapat berupa pergeseran makna generik ke makna spesifik maupun sebaliknya. Misalnya pada penerjemahan kata bahasa Inggris leg atau foot ke dalam bahasa Indonesia, maka padanan yang paling dekat untuk kedua kata tersebut adalah kaki. Di sini penerjemahan bergerak dari makna spesifik ke makna generik.

  1. Pergeseran makna karena perbedaan sudut pandang budaya

Pergeseran makna juga terjadi karena perbedaan sudut pandang dan budaya penutu bahasa yang berbeda. Misalnya orang Inggris menghubungkan ruang angkasa dengan kedalaman, sedangkan orang Indonesia dengan ketinggian atau kejauhan. Jadi orang Inggris akan mengatakan The space-ship travelled deep into space, sedangkan orang Indonesia akan berkata Kapal ruang angkasa itu terbang tinggi sekali di ruang angkasa.

Ngengingi dinten basa ibu internasional, tanggal 21 Februari 2008 sapunika, kula badhe nyobi nyerat basa Jawi. Kula piyambak tiyang Jawi, basa ibu kula inggih basa Jawi, kedahipun saged nyerat basa Jawi. Tiyang Jawi prayoginipun saged basa Jawi, ngoko kaliyan krama. Ananging kasunyatanipun kathah tiyang enem ingkang boten lancar migunakaken basa Jawi. Kula salah setunggalipun, haha. (Buktinipun tiyang Jawi kicalan jawinipun?? Mugi-mugi boten.)

Gandheng basa Jawi krama kula inggih boten sae (nyerat posting punika betah setunggal jam-an), kula kinten cekap semanten atur kawula punika. Ngaturaken Sugeng Mengeti Dinten Basa Ibu Internasional, mugi-mugi basa Jawi tetep lestantun, dipun uri-uri kaliyan tiyang Jawi piyambak lan sutresnanipun.

Jenang sela wader kalen sasondheran, apuranta menawi wonten kalepatan. Nuwun.

Saya tidak mengerti atau mendalami bahasa Jawa Kuna, tetapi saya menemukan hal yang sangat menarik tentang bahasa ini (dari kuliah Semiotik dulu). Ini adalah karya Mpu Prapanca:

Sama lan pu winâdâprih (ia ingin sama dengan Empu Winada)

1 2 3 4 5 6 7 8

Prih dânâ wipulan masa (yang bercita-cita mengumpulkan banyak uang dan emas)

8 7 6 5 4 3 2 1

Tama sansara ring gatyâ (akhirnya hidupnya sengsara)

9 10 11 12 13 14 15 16

Tyâga ring rasa san mata (tetapi ia tetap tenang)

16 15 14 13 12 11 10 9

Coba perhatikan, setiap suku katanya dibalik di larik berikutnya, dari belakang ke depan. Dan ternyata semua kalimat dalam lariknya memiliki makna yang berbeda dan memiliki keterkaitan dengan kalimat di larik sebelumnya. Sebagaimana dikatakan dosen saya, hal ini disebut khiastis (berlawanan seperti cermin). Pembalikan jalan hidup yang digambarkan dalam bait tersebut digambarkan dalam setiap suku katanya. Menurut saya Mpu Prapanca sungguh hebat. I think he was a genius!!

Mantan Presiden Suharto memang sudah meninggal. Saya tidak akan berkomentar tentang pro kontra soal Pak Harto, status kepahlawanan, korupsi, atau hal-hal politis lainnya. I'm not interested in such things. Saya hanya ingin menulis tentang bahasa saja, haha. Dan anyway, menurut saya salah satu hal yang paling khas tentang Pak Harto adalah cara berbicaranya.

Seperti kita tahu, Pak Harto punya gaya khas dalam berbicara. Hampir semua orang pasti langsung mengenali kalau kalau Pak Harto berbicara. Pasti ada akhiran -ken, itu yang paling jelas. Kemudian ada juga penggunaan "daripada," "anem" (enam), dan semacamnya. Kemungkinan besar ini karena pengaruh interferensi bahasa Jawa. Gaya bicara khas seseorang seperti ini disebut idiolek (atau idiolect dalam bahasa Inggris).

Untuk definisi yang lebih jelas, dalam usingenglish.com disebutkan demikian:

"A person's idiolect is their own personal language, the words they choose and any other features that characterise their speech and writing. Some people have distinctive features in their language; these would be part of their idiolect, their individual linguistic choices and idiosyncrasies."

Sedangkan di Wikipedia disebutkan demikian:

"An idiolect is a variety of a language unique to an individual. It is manifested by patterns of word selection and grammar, or words, phrases, idioms, or pronunciations that are unique to that individual. Every individual has an idiolect; the grouping of words and phrases is unique, rather than an individual using specific words that nobody else uses."

Setiap orang memiliki idiolek sendiri. Ini yang membedakan seseorang dari orang lain. Jika teman Anda menelepon Anda mungkin Anda bisa mengenali siapa dia dari idioleknya.

Semoga dengen adanya tulisan singkat ini Anda bisa mendapatken tambahan informasi daripada ilmu linguistik :).

Newer Posts Older Posts Home