Bahasa terus berkembang dari waktu ke waktu. Kosakata baru terus bermunculan, sedangkan kosakata lama bisa mengalami perubahan atau pergeseran dalam hal maknanya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berlatar belakang budaya maupun linguistik. Pengaruh dominan faktor-faktor tersebut bersifat relatif seiring perubahan situasi dan waktu.
Salah satu faktor yang dominan pengaruhnya dalam perubahan dan pergeseran makna adalah sebab yang berlatar belakang budaya, terutama adanya penemuan baru dan konsep ilmu pengetahuan yang semakin berkembang. Setiap penemuan baru selalu diberi nama baru, baik dengan menciptakan sendiri, menghidupkan kata lama yang tidak terpakai lagi, menggabung makna yang sudah ada untuk menciptakan makna sendiri, maupun menyerap dari bahasa lain (Parera, 2004:111).
Salah satu teknologi yang terus berkembang sangat pesat adalah teknologi informasi dan komputer. Penemuan dan inovasi dalam bidang ini yang memerlukan penciptaan istilah baru. Banyak penemuan dalam bidang tersebut menggunakan istilah asing terutama bahasa Inggris karena memang penemuan tersebut diciptakan oleh bangsa asing. Kemajuan teknologi bangsa Indonesia jauh terlambat dibandingkan negara lain, sehingga sering kali sulit mencari padanan kata untuk penemuan tersebut dalam bahasa Indonesia. Apabila ada padanan kata dalam bahasa Indonesia, berarti kata tersebut akan mengalami perluasan atau penyempitan. Misalnya pada istilah komputer ”window”. Kata ini dalam bahasa Indonesia diartikan ”jendela”. Jadi kata ’jendela’ bisa meluas untuk menjelaskan tampilan pada aplikasi komputer, tidak hanya seperti pada jendela rumah. Contoh kata ini banyak digunakan, dan dirasa cukup berterima. Contoh kata lain yang masih berhubungan dengan komputer adalah ”mouse”. Dalam bahasa Indonesia kata ini dibakukan menjadi ”tetikus”. Pemerintah juga berperan dalam penentuan standar pembakuan istilah asing ini (panduan pembakuan istilah komputer dapat dilihat pada situs Web http://www.vlsm.org/etc/baku-0.txt). Walaupun demikian, tetap saja masyarakat pengguna bahasa itulah yang akan menentukan apakah akan memakai istilah asing sesuai aslinya maupun istilah terjemahan yang dibuat pemerintah. Peran media maupun literatur (buku-buku bacaan) juga dapat memengaruhi masyarakat untuk menggunakan berbagai istilah tersebut.
Masih banyak lagi faktor yang memengaruhi perubahan makna. Hal ini mungkin akan berpengaruh pula dalam penyusunan kamus kosakata baku bahasa Indonesia.
PS: Ini adalah modifikasi jawaban saya dari soal ujian mata kuliah Semantik beberapa waktu lalu. Open for discussion :).
Salah satu faktor yang dominan pengaruhnya dalam perubahan dan pergeseran makna adalah sebab yang berlatar belakang budaya, terutama adanya penemuan baru dan konsep ilmu pengetahuan yang semakin berkembang. Setiap penemuan baru selalu diberi nama baru, baik dengan menciptakan sendiri, menghidupkan kata lama yang tidak terpakai lagi, menggabung makna yang sudah ada untuk menciptakan makna sendiri, maupun menyerap dari bahasa lain (Parera, 2004:111).
Salah satu teknologi yang terus berkembang sangat pesat adalah teknologi informasi dan komputer. Penemuan dan inovasi dalam bidang ini yang memerlukan penciptaan istilah baru. Banyak penemuan dalam bidang tersebut menggunakan istilah asing terutama bahasa Inggris karena memang penemuan tersebut diciptakan oleh bangsa asing. Kemajuan teknologi bangsa Indonesia jauh terlambat dibandingkan negara lain, sehingga sering kali sulit mencari padanan kata untuk penemuan tersebut dalam bahasa Indonesia. Apabila ada padanan kata dalam bahasa Indonesia, berarti kata tersebut akan mengalami perluasan atau penyempitan. Misalnya pada istilah komputer ”window”. Kata ini dalam bahasa Indonesia diartikan ”jendela”. Jadi kata ’jendela’ bisa meluas untuk menjelaskan tampilan pada aplikasi komputer, tidak hanya seperti pada jendela rumah. Contoh kata ini banyak digunakan, dan dirasa cukup berterima. Contoh kata lain yang masih berhubungan dengan komputer adalah ”mouse”. Dalam bahasa Indonesia kata ini dibakukan menjadi ”tetikus”. Pemerintah juga berperan dalam penentuan standar pembakuan istilah asing ini (panduan pembakuan istilah komputer dapat dilihat pada situs Web http://www.vlsm.org/etc/baku-0.txt). Walaupun demikian, tetap saja masyarakat pengguna bahasa itulah yang akan menentukan apakah akan memakai istilah asing sesuai aslinya maupun istilah terjemahan yang dibuat pemerintah. Peran media maupun literatur (buku-buku bacaan) juga dapat memengaruhi masyarakat untuk menggunakan berbagai istilah tersebut.
Masih banyak lagi faktor yang memengaruhi perubahan makna. Hal ini mungkin akan berpengaruh pula dalam penyusunan kamus kosakata baku bahasa Indonesia.
PS: Ini adalah modifikasi jawaban saya dari soal ujian mata kuliah Semantik beberapa waktu lalu. Open for discussion :).
Labels: Linguistics
3 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Orang ga harus tahu artinya apa, tapi sekarang udah lebih mengarah asal orang tau maksud dan tujuannya apa...
Menurut saya, jika memang kurang pas dialihbahasakan, ya kenapa tidak kita serap saja kata aslinya.
Pencarian padan kata seharusnya bisa memenuhi satu kriteria dasar, yaitu memudahkan orang untuk memahami 'kata-kata sukar di bidang teknologi'. Contohnya, kata yang bisa memenuhi kriteria ini adalah 'layar' sebagai pengganti 'screen'. Orang yang belum paham komputer pun bisa cepat menangkap maksudnya. Tapi jika 'view' jadi 'tilik', 'upload' jadi 'unggah', atau 'zoom' yang malah jadi 'zum'... sepertinya kok bukan membuat orang awam jadi paham, justru sebaliknya.
Begitu Nin?