Blogger Template by Blogcrowds.

Menurut Saeed (2000:125) modalitas adalah istilah yang mengacu pada peranti yang memungkinkan penutur untuk mengungkapkan derajat/tingkatan komitmen atau kepercayaan terhadap suatu proposisi. Sementara menurut Nunan (1993:121), modalitas adalah dimensi tuturan yang membuat penutur atau penulis mengungkapkan sikapnya terhadap proposisi maupun daya ilokusi dari suatu tuturan. Dapat disimpulkan bahwa modalitas digunakan untuk mengungkapkan sikap, komitmen, atau kepercayaan terhadap suatu hal. Sebagai tambahan, istilah modalitas (modality) digunakan untuk mengacu pada fungsi, sedangkan mood mengacu pada bentuk gramatikanya (Palmer, 1981:152).

Modalitas biasanya diungkapkan melalui modal verb seperti pada kalimat-kalimat berikut:

* Menunjukkan sikap terhadap suatu proposisi:

Proposisi: The boy did it.
Kalimat tersebut dapat diungkapkan dengan modalitas (modalized statement) seperti berikut: The boy may have done it. They say the boy did it. The boy must have done it. Obviously, the boy did it. The boy undoubtedly did it. I’m sure the boy did it.

* Menunjukkan sikap terhadap daya ilokusi:

Direktif: Clean the car.
Modalized statement: I’d suggest you clean the car. You might like to clean the car. How about cleaning the car? I’d be grateful if you’d clean the car. Can you clean the car this morning?

Jenis-jenis modalitas dapat dikelompokkan menjadi berikut:
1. Epistemik
Epistemik merupakan jenis modalitas yang mengungkapkan tingkat komitmen penutur terhadap kebenaran yang dikatakannya (Palmer, 1981:153). Misalnya:
You can drive this car.
Seseorang dapat menggunakan kalimat tersebut untuk mengungkapkan hal berikut:
It is possible for you to drive this car.
You have my permission to drive this car.
Modal epistemik dapat juga digunakan untuk menyatakan interpretasi deontik, seperti pada contoh berikut (Saeed, 2000:127):
You could have told me you were coming.
Pada contoh tersebut, kemungkinan mengatakan sesuatu digunakan untuk mengimplikasikan kewajiban yang tidak dilakukan, sehingga membuat kalimat di atas bermakna teguran.

2. Deontik
Deontik menunjukkan sikap penutur terhadap faktor sosial seperti kewajiban (obligation), tanggung jawab (responsibility), dan izin (permission) (Saeed, 2000:126). Misalnya:
Mengungkapkan hal yang wajib dilakukan:
• You must take these books back.
• You should take these books back
• You need to take these books back.
• You ought to take these books back.
Atau mengungkapkan hal yang boleh dilakukan:
• You can leave them there.
• You could leave them there.
• You might leave them there.

Jadi dapat dikatakan bahwa status dan tingkat formalitas hubungan pembicara dapat memengaruhi pemilihan penggunaan modalitas. Jika misalnya pembicara mengatakan ”You can go now,” maka pembicara berada pada posisi yang lebih tinggi daripada orang yang diajak bicara.

3. Dinamik
Tidak seperti deontik and epistemik, modalitas dinamik tidak mengacu pada penuturnya. Dinamik tidak mengekspresikan pendapat penutur, dan penutur juga tidak memengaruhi situasi. Misalnya pada kalimat: Juan can play the guitar. Pada kalimat tersebut, penutur menggambarkan situasi faktual atau sebenarnya mengenai subjek kalimat tersebut. Jadi, can mengacu pada kemampuan Juan bermain gitar. Can tidak mengacu pada keyakinan penuturnya. Inilah yang membedakan modalitas dinamik dari modalitas deontik dan epistemik (Williams, http://www.geocities.com/margowilliams2002/modals).

4. Alethik
Cann (1993:270-271) mengemukakan jenis modalitas yang disebut alethik (dari bahasa Yunani aletheia yang berarti kebenaran). Cann menggunakan dasar logical necessity dan possibility, yaitu yang berhubungan dengan kebenaran (truth) atau ketidakbenaran (falsity) suatu sistem yang logis. Kita bisa mengatakan bahwa suatu rumusan itu selalu benar (atau salah) secara logis (atau alethis), jika sistem logika yang digunakan memastikan bahwa rumusan modal harus benar (atau salah). Sebaliknya, rumusan yang mungkin benar (atau salah) adalah rumusan yang tidak diartikan selalu benar (atau salah) oleh logika. Misalnya pada kalimat berikut:
1. Every proposition is necessarily either true or false, but not both.
2. Bertie possibly knows that the Morning Star is the Evening Star.
3. Every proposition must be either true or false, but not both.
4. Bertie may know the Morning Star is the Evening Star.
5. Alfred is a bachelor, thus he must be unmarried.

Jadi dapat dikatakan, modalitas alethik berkaitan dengan tingkat kepastian suatu proposisi.
Modalitas juga berhubungan dengan conditional sentence (Saeed, 2000:128), misalnya pada kalimat berikut:
If I were rich, I would be living somewhere hotter.
If you should go to Paris, stay near the river.

9 Comments:

  1. Anonymous said...
    Yup, Ninazky. You got your A+ mark. Congratulation :D
    Anonymous said...
    emmm... okay?
    Anonymous said...
    skip... kekekeke
    Sebuah Catatan Sastra said...
    Nah klo ini linguistik tenan..
    Klo sastra, mampir ke blogku..
    hehehhehe.. nunut promosi..
    maslie said...
    wahhh berat artikelnya but nice post
    Anonymous said...
    mesti lagi ngurusi tugas maneh. nglamar dadi dosen semantik unnes rak wis
    Unknown said...
    wah..kereeenn...aku maw blajar lbh dong ma kk.add YM ku ya! plzzz:
    hendyyuniarto@yahoo.com
    lawabiroe said...
    *pingsan*
    Ambar said...
    may I know your email pls?? mine can be seen in the blog. I want to ask, discuss n share more about linguistics. You are competent in it. Thanks in advance!

Post a Comment



Newer Post Older Post Home